DPRD Kaltim Sorot Layanan Air Bersih dan Jarang Mengalir

Nanda : Paling Banyak Keluhan Soal Air Bersih

0 106

DETAKKaltim.Com, SAMARINDA : Anggota DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis terus menyoroti layanan air bersih oleh PDAM Tirta Kencana, Samarinda.  Masalahnya, Perusda Air Minum Daerah ini paling banyak dikeluhkan masyarakat. Keluhan masih seputar air kotor dan jarang mengalir.

“Paling banyak keluhan soal air bersih.  Ini ada apa dengan PDAM,” ungkap Ananda kepada DETAKKaltim.Com, Jum’at (23/4/2021).

Ananda menjelaskan, akses masyarakat mendapat air bersih masih sangat minim. Mestinya, kata dia, PDAM mencari solusi atas keluhan tersebut. Iapun berencana membicarakan hal ini bersama rekan komisi di DPRD Kaltim, untuk mengambil langkah-langkah.

“Segera kita sikapi ini. Setiap saya reses, atau bertemu warga, mereka enggak pernah minta yang aneh-aneh ke saya, khususnya di Samarinda. Kalau bukan banjir, ya air bersih dan jalan rusak,” terang politisi dari PDI Perjuangan ini.

Dirut PDAM Tirta Kencana Samarinda Nur Wahid Hasyim memberi penjelasan alasan air jarang mengalir dan kotor. Air jarang mengalir, kata Wahid, penyebab utamanya kapasitas produksi yang tidak menopang jumlah pelanggan.  Saat ini, kapasitas produksi air bersih oleh PDAM hanya 2.500 liter per detik.

Dengan kapasitas itu, PDAM hanya mampu mengaliri 150.000 pelanggan. Dengan rincian 1 liter per detik bisa melayani 60 pelanggan yang mengalir 24 jam.  Sementara, total pelanggan PDAM saat ini berjumlah 160.100 pelanggan.

“Artinya kami ada kelebihan 10.100 pelanggan. Jenis pelanggan lebih ini yang terpaksa mendapat layanan air mengalir tapi tidak 24 jam,” ungkap Wahid.

PDAM membuat skenario mengalir bergilir. Area bergilir dibagi dua area utama.  Pertama, kawasan Jalan Wahid Hasim 1, Wahid Hasim 2, PM Noor, DI Panjiatan, Damanhuri dan sekitarnya.

Area kedua, Pelita 4, Pelita 5, Pelita 6, Pelita 7 dan Handil Kopi. Karena skema bergilir kedua area utama ini mengalir secara bergantian. Untuk wilayah perbukitan lazimnya mengalir di malam hari agar tekanan lebih kuat.

Untuk area pertama, saat ini sedang dibangun Instalasi Pengelolan Air (IPA) Gunung Lingai dengan kapasitas 50 liter per detik. IPA ini diyakini mengatasi masalah bergilir di Samarinda Utara.

“Mudah-mudahan tahun ini kita mengatasi di area satu yang bergilir,” ucap Wahid.

Sementara, area dua, pembangunan IPA di Makroman juga dengan kapasitas 50 liter per detik.

“IPA ini sudah kelar tinggal pengaliran saja. Masih terkendala karena ukuran pipa kekecilan. Tapi, kami minta ke Pemprov dibantu ada pemasangan pipa dengan diameter 300. Mudahan bisa menyelesaikan masalah giliran di area dua,” terang Wahid.

Lalu bagaimana dengan cakupan layanan PDAM yang saat ini hanya 76 persen dari total pelanggan Samarinda? Artinya ada sekitar 24 persen warga yang belum tersambung atau menikmati air. Wahid menyebut, masalahnya jangkauan jauhnya membuat PDAM kesulitan. Seperti Tanah Merah, Loa Kumbar, Kampung Pinang dan lainnya.

Solusinya, kata Wahid, perlu penambahan kapasitas produksi hingga surplus dulu. Dengan begitu, air bisa dialirkan ke mana saja, asal tersedia instalasi dan salurannya.  Sementara menaikkan kapasitas produksi butuh biaya. Namun, perlahan IPA di beberapa titik mulai terbangun dan digunakan.

Misalnya, IPA Sungai Kapih dengan kapasitas produksi 200 liter per detik. Jika IPA ini beroperasi, maka daerah sekitar situ bakal aman.

Kemudian, IPA Kalhol juga rencana ditingkatkan dari 250 liter per detik menjadi 1.000 liter per detik. Jika beroperasi, maka IPA ini akan melayani kawasan Palaran yang selama ini dilayani IPA Gunung Lipan.

“Rencananya aliran air dari IPA Gunung Lipan ke alihkan ke Samarinda Kota. Sementara, IPA Cendana dan Benanga bisa kita over ke Samarinda Utara biar menopang di sana,” jelas dia.

Wahid mengatakan, dalam waktu dekat akan ada penambahan satu IPA baru di Loa Buah. PDAM dan Pemprov Kaltim sedang mencari lokasi pembangunannya IPA Loa Buah.

Terkait air kotor, Wahid menjelaskan penyebab air PDAM kotor karena beberapa faktor. Misalnya, ada perbaikan instalasi pipa. Petugas terpaksa memotong pipa bawah tanah dan disambungkan kembali, proses penyambungan itu biasa banyak kotoran masuk dalam saluran pipa.

Faktor lain, kata Wahid, bisa juga karena saluran pipa yang jarang teraliri air biasa karat. Bisa juga karena air yang tersisa dalam saluran pipa, mengendap jadi kotoran. Pipa-pipa yang demikian bisa berada di kawasan pinggiran yang jarang teraliri air.

“Jadi begitu keluar air sekali ya kotor. Saya jamin air yang baru diproduksi di sini bersih dan bisa diminum,” tegas Wahid.

Kemudian, lanjutnya, faktor usia pipa yang ditanam sudah puluhan tahun membuat pipa bawah tanah sering bocor, patah dan lainnya. Faktor demikian membuat kotoran mudah masuk. (DK.Com)

Penulis : Zaki

Editor   : Lukman

(Visited 1 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!