DETAKKaltim.Com, SAMARINDA : Mau tidak mau, suka tidak suka, EN (23) harus bertanggungjawab atas perbuatannya melakukan hubungan badan layaknya suami istri kepada kekasihnya yang masih berumur 17 tahun.
EN yang kini tengah menjalani proses hukum di Pengadilan Negeri Samarinda terkait kasus perlindungan anak ini, terpaksa harus dinikahkan oleh kedua orang tuanya atas kesepakatan bersama.
Proses ijab kabulpun berlangsung sederhana, hanya dihadiri beberapa keluarga dari kedua mempelai di Masjid Al Mizan Pengadilan Negeri Samarinda, Senin (10/2/2020) siang, sekitar pukul 14:00 Wita.
Sang mempelai wanita sendiri nampak bahagia di samping EN, yang akan menikahinya dengan mahar uang senilai Rp100 Ribu.
Dalam proses ijab kabul yang dibimbing oleh penghulu, EN tidak terlihat gugup bahkan ia lancar mengucapkan ijab kabul tanpa harus mengulang 2 kali.
“Gimana para saksi, sah,” tanya penghulu
“Sah,” sahut semua yang hadir di dalam Masjid.
Usai pernikahan, EN langsung dikawal petugas Walta dan anggota Brimob untuk menjalani proses sidang.
Sedangkan wanita muda yang tampak cantik dalam balutan pakaian pengantin bersama keluarganya, memutuskan untuk ikut menyaksikan persidangan EN yang kini telah resmi menjadi suaminya.
EN dalam perkara ini didakwa JPU Samsul Bahri Sanusi, melakukan tindak pidana “dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 81 Ayat (1) dan (2) junto Pasal 76D Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2014 atas perubahan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Norita SH, Penasehat Hukum terdakwa EN yang dikonfirmasi wartawan selepas sidang mengatakan, terdakwa ini dinikahkan karena si wanita telah berbadan dua.
“Ini sudah kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Setidaknya ini bisa menjadi hal yang meringankan bagi terdakwa,” ucap Norita. (DK.Com)
Penulis : ib
Editor  : Lukman
