SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 65

SAAT majelis hakim meminta jawaban dakwaan atas serangan La Maddukkelleng pada Benteng Rotterdam dan pembantaian di Pulau Lae Lae, La Maddukkelleng merasa punya kesempatan untuk menggugah hati orang-orang untuk terbuka hati menilai kehadiran orang-orang Belanda yang menjadi biang kekacauan di negeri-negeri Bugis Makassar.

“Yang Mulia Puengku Majelis Hakim Tellumpoccoe, ijinkan saya menyampaikan beberapa kalimat sehubungan dengan persoalan kita dengan orang-orang Belanda.

Mereka ini adalah bangsa asing. Nasab silsilahnya tak satu pun bersambung dengan kita semua di negeri Lontara Bugis Makassar ini. Kulit, mata dan rambut mereka berbeda dengan kita. Mereka datang untuk menjarah rempah-rempah, mengambil cukai perdagangan, memperbudak orang-orang dan mencaplok kedaulatan kita sebagai tuan di negeri sendiri.”

CERITA SEBELUMNYA : 

“Sadarlah wahai Tellumpoccoe, biang persoalan terputusnya assiyajing (kekerabatan) di antara kita semua adalah hadirnya mereka ini. Niat jahat mereka takkan pernah mampu dilaksanakan jika kita tetap bersatu sebagai negeri-negeri yang memiliki hubungan sumpung ugi (solidaritas kebugisan) dan juga sumpung lolo (solidaritas kekerabatan). Ingatlah upaya yang dilakukan Baginda La Patau Matanna Tikka Petta Matinroe ri Naga Uleng yang memperkawinkan kita semua di seluruh tanah Bugis, Mandar dan Makassar; tujuannya adalah agar kita terus membangun semangat sumpung lolo di bawah panji-panji persaudaraan negeri-negeri merdeka. Saya menghimbau dan memperingatkan kita semua untuk merenungi apa yang pernah terjadi dengan Perjanjian Bongaya. Seluruh negeri kacau, kita sianre bale, bahkan sampai meninggalkan negeri menuju tana sompereng seperti yang saya alami.

CERITA SEBELUMNYA :

Belanda masuk memanfaatkan perpecahan di antara kita. Kebesaran kita seperti tai kambing yang hanya bersatu di dalam tapi terhambur di luarnya. Apa yang terjadi antara Puengta To Risompae Arung Palakka Mangkau’E ri Bone dengan Karaengta I Mallombassi Daeng Mattawang Sultan Hasanauddin yang kuburannya berdampingan ri Bontoala’ adalah pelajaran penting untuk saling menjaga siri’ na pacce di antara kita. Sisampongeng siri (saling membela harkat dan martabat) sudah kita abaikan, kita saling mengalahkan lalu masuklah Belanda, orang yang datang dari negeri yang jauh, yang akan pulang ke negerinya dengan kekayaan yang diambil di negeri kita ini. Upaya perkawinan antara Tellu Cappa’ Gala (Bone, Gowa, Luwu) dan juga Tellumpoccoe (Bone, Soppeng, dan Wajo) yang dilakukan sejak masa Puengta To Risompae, dilanjutkan kemudian oleh Puengta La Patau Matanna Tikka yang terus berlangsung hingga kini adalah upaya kita untuk menguatkan diri menghadapi musuh dari luar. Bukan malah menjadikan musuh luar sebagai orang yang kita junjung.”

“Yang Mulia, Ade’ ri Pappuangengku (adat yang kujunjung), saya sudah bertempur berkali-kali dengan VOC Belanda sejak saya meninggalkan Peneki sampai Malaka, Johor, Selat Makassar sampai di negeri Paser. Saya tak pernah mundur selangkah pun jika berhadapan dengan mereka. Karena saya sangat meyakini bahwa inilah musuh besar Tana Ugi. Mereka menyebut saya dan pengikut saya sebagai bajak laut, karena kebencian mereka yang sangat. Maka seperti itulah kejadiannya, saat menuju pulang dari Paser ke Makassar, mereka menyerang kami dua kali. Pertama di Pulau Sabutung, yang kedua di pulau Lae Lae. Di Pulau Sabutung, kami meneggelamkan satu kapal mereka. Lalu di Lae Lae lebih parah, selain memborbardir kami dengan meriam-meriam dari dalam Benteng Rotterdam, mereka menyerang kami ke Pulau Lae Lae sebanyak 200 lebih pasukan gabungan. Pasukannya ini berisi asiajing Bugis Makassar dan juga bantuan dari Kapitan Ancak Baedah dari negeri Melayu. Orang-orang Belanda tak sampai 20 orang. Ini membuktikan betapa Belanda VOC ini mengadu domba kita semua. Kami mengalahkan mereka lewat pertempuran yang adil. Hampir seluruh pasukannya kami tewaskan dan kami kubur di Pulau Lae Lae. Kami membela diri, membela kehormatan sebagai lelaki pejuang dari Tana Wajo.”

(BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 14 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!