SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 330

DAENG Matekko adalah bangsawan pelarian dari Wajo yang berkoalisi dengan Gowa menghadapi Kerajaan Bugis dari Bone dan Luwu, yang bersekutu dengan Belanda.

Perang Makassar telah kita ketahui telah mengubah hubungan kerajaan-kerajaan Bugis Makassar ketika itu. Bone – Luwu, sebagai imbas dari perang Hasanuddin – Arung Palakka adalah lawan politik Gowa-Wajo.

Demikian pula Soppeng sebagai sekutu setia Bone tetap dalam koalisi bersama kerajaan-kerajaan Bugis dalam menghadapi Gowa – Wajo. Bahkan, penyebab kepergian Daeng Matekko meninggalkan Tana Wajo disebabkan karena dimurkai oleh Raja Bone yang saat itu bersama sekutu-sekutunya, Luwu, VOC dan lainnya menang perang atas Gowa – Wajo.

Jauh sebelumnya, saat musu asellengeng (perang pengislaman), Tosora pernah dibakar oleh orang-orang Bone atas alasan keberpihakan pada Gowa yang menyebarkan Islam ke Wajo. Di sisi lain, status pelarian sebenarnya juga disandang oleh Daeng Parani yang bangsawan Bone-Luwu, yang melarikan diri ke negeri rantau karena membunuh seorang pangeran Gowa sebelum Perang Makassar meletus.

Jadi adalah menarik, bahwa mereka-mereka yang terlibat atau tepatnya melibatkan diri di konflik perselisihan politik besar ini memiliki persamaan latar belakang sebagai pangeran-pangeran pelarian yang berbeda posisi politik di negeri asal. Garis takdir kemudian membuat mereka kembali berhadap-hadapan di negeri rantau sebagai musuh seasal. Tak salah lagi, ini melanjutkan pertikaian lama yang mereka bawa dari kampung halaman sampai ke negeri rantau.

Maka terjadilah perang dahsyat itu. Sultan Sulaiman dibantu Opu Lima bersaudara melawan Raja Kecil yang juga didukung oleh Bangsawan Bugis lainnya, yakni Daeng Matekko beserta pengikut-pengikutnya yang kebanyakan terdiri dari pelaut-pelaut Bugis Wajo dan orang-orang Makassar.

CERITA SEBELUMNYA :

Dikisahkan dalam Tuhfat An Nafis, bahwa pertempuran besar antara Raja Kecil dengan Opu Daeng Parani bersaudara dalam mempertahankan dan memperebutkan Kerajaan Johor Riau, terjadi sebanyak sepuluh kali. Dari kesekian kali diantaranya, pihak Raja Kecil dipimpin oleh Raja Alam (Putera Raja Kecil) dan di kali yang lain dipimpin Raja Ismail (cucu Raja Kecil) melawan Opu Daeng Kamboja (putera Daeng Parani) di Tumasik (Singapura).

Pertempuran-pertempuran lainnya berlangsung sangat dahsyat yang dominan dilakoni oleh adik-adik Daeng Parani melawan pasukan Raja Kecil dibantu Daeng Matekko dan pasukannya. Akhirnya pada tahun 1721, Opu Daeng Parani bersaudara memenangkan perang yang dahsyat itu dengan mengusir Raja Kecil dan sekutunya meninggalkan negeri-negeri yang didudukinya.

Daeng Matekko sebagai sekutu utama Raja Kecil dengan sendirinya ikut mengalami kekalahan pahit dan tewas sebagai petempur yang gagah berani. Ia tewas di tangan La Sigajang To Passarai yang mengeroyoknya bersama pasukan Sultan Sulaiman. Asetnya disita termasuk kapal-kapal perang yang dimilikinya. Para pendukungnya dengan sisa kekuatan yang masih ada melarikan diri bersama Raja Kecil ke gugusan Pulau Tujuh di perairan timur Sumatera.

Mereka kemudian membangun kekuasaan sampai ke Laut Cina Selatan yang kelak akan terkenal sebagai Raja di Laut. Sementara dengan gemilang, Raja Sulaiman kembali dikukuhkan dengan gelar Sultan Sulaiman Badrul’alam Syah (1721-1754).

Setelah memenangkan perang serta berhasil mendudukkan kembali Raja Sulaiman pada tahtanya, Opu Daeng Parani bersaudara memohon pamit. Namun kekhawatiran Sultan Sulaiman jika sewaktu-waktu Raja Kecil yang kini mendirikan Kerajaan Buantan (Kerajaan Siak Sri Indrapura) dan bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1748) kembali lagi menyerang Riau; membuat ia meminta kepada Daeng Parani bersaudara untuk tetap menetap di Johor, Riau.

Maka dikukuhkanlah salah satu adik Daeng Parani yang paling cakap yakni Opu Daeng Marewa sebagai Yang Dipertuan Muda Riau I (1721-1729) bergelar Kelana Jaya Putera. Yang Dipertuan Muda adalah sebuah jabatan yang setingkat dengan Perdana Menteri berkuasa penuh, di mana segala wewenang dan urusan pemerintahan berada dalam kekuasaannya.

Sejarah mencatat kemudian, betapa dominannya peran Opu Daeng Marewa atau Kelana Jaya Putera dalam mengembangkan dan membangun Riau beberapa waktu kemudian.  (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 14 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!