Kadinkes Kutim Sebut Seribu Hari Pertama Kehidupan Masa Penting

dr Bahrani : Stunting Sulit Disembuhkan

0 129

DETAKKaltim.Com, KUTAI TIMUR : Seribu hari Pertama atau sekitar 3 tahun kehidupan sejak masih dalam kandungan, merupakan masa penting pembangunan ketahanan gizi pada bayi.

Di tingkat Kabupaten dan Kota se-Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Timur menduduki daerah dengan jumlah anak stunting terbanyak dengan persentase 27,5 persen.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kutim dr Bahrani Hasanal mengatakan, seribu hari Pertama kehidupan menjadi waktu penting untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.

“Mengapa penting?, karena kalau setelah seribu hari dan anak terkena stunting, maka akan sulit untuk disembuhkan,” ujarnya, Selasa (12/7/2022).

Lewat dari seribu hari, dampak buruk kekurangan gizi pada ibu hamil akan sulit diobati dan bisa memicu stunting.

Stunting merupakan kondisi anak gagal tumbuh, baik fisik maupun otaknya. Stunting ini sering dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronis (non endokrin).

“Untuk stunting, perlu diluruskan bahwa penyembuhannya tidak semudah penyakit lain pada umumnya. Sehingga pencegahan merupakan satu-satunya yang harus kita maksimalkan,” ucapnya.

Baca Juga :

Sejak ibu mengalami kehamilan, pencegahan stunting bisa dilakukan dengan mengkonsumsi makanan dengan nutrisi yang cukup.

Nutrisi itu juga yang terus berperan mencegah terjadinya stunting pada anak, mulai dari dalam kandungan hingga masa menyusui.

“Stunting bukan hanya tumbuh-kembang yang terhambat dari fisik anak, tetapi juga kemampuan intelijensinya,” ujarnya.

Mantan Direktur RSUD Kudungga tersebut memberikan perumpamaan, jika seorang anak normal bisa menyelesaikan satu pekerjaan, maka 10 anak stunting yang bisa menyelesaikan satu pekerjaan yang sama.

Pencegahan stunting menjadi penting, mengingat ini program super prioritas Presiden yang menargetkan angka stunting ditahun 2024 bisa maksimum di angka 14 persen.

Di Kutim, angka stunting masih 27,7 persen sehingga masih harus menekan hingga 13 persen atau nyaris setengahnya.

“Ini persoalan serius karena mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia di masa depan. Kalau presentasenya tinggi, bisa jadi kita terus melahirkan generasi yang suatu saat mengalami kegagalan.” tutupnya. (DETAKKaltim.Com)

Penulis: HB/ADV Diskominfo

Editor: Lukman

(Visited 1 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!