SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 65

EMPAT prajurit tangguh itu mendayung dengan sangat kuat. Perahu melesat cepat menyibak laut yang kini telah tenang. Dan sebenarnya memang, perang telah selesai. La Banna dan Ambo Pabbola telah memenangkan perang besar itu. Mereka menenggelamkan satu kapal VOC dan merampas dua lainnya.

Mereka tadinya mencoba mengejar beberapa kapal yang melarikan diri, tapi setelah sadar La Maddukkelleng tidak di kapal, mereka berhenti dan mencari sekeliling. Tembakan meriam dilakukan sebagai penanda posisi. Itu berhasil, para pendayung di sekoci itu menambah tenaga. Tak berselang lama mereka telah melihat dua kapal VOC yang kini berbendera Peneki. La Maddukkelleng mengeluarkan pistol dan menembak ke udara. Salah satu kapal besar itu mendekat menjemput mereka.

Suasana sedih meliputi seluruh kapal setelah tahu bahwa Puteri Hindun Jamilah hilang entah kemana. La Maddukkelleng dengan suara serak menyuruh melakukan pencarian ke arah arus laut yang saat itu ke timur. Mereka berputaran lama di tempat itu sampai mendekati perairan Gorontalo. Tak ditemukan jejak puteri yang tengah hamil 3 bulan itu.

Petunjuk pun tak ada sama sekali. Pada pencarian memasuki minggu ke empat, La Maddukkelleng menyerah. Ia dengan muka murung memerintahkan kembali ke Pulau Tuah. Ia memasuki kamar terbesar di kapal perang itu yang telah disiapkan untuknya. Tak ada suara tak ada cakap. Sepanjang jalan ia tak pernah keluar kamar. Makanan dan minuman yang diantarkan kepadanya hanya disentuh sedikit.

CERITA SEBELUMNYA :

La Banna pun tak berani mengetuk pintu. Kecuali untuk memastikan bahwa Tuannya itu dalam keadaan baik-baik saja. Ia sangat memahami keadaan. Hindun Jamilah adalah istri dan cinta pertama Tuannya. Ia tak pernah melihat sebelumnya La Maddukkelleng jatuh cinta. Junjungannya itu adalah kesatria berilmu tinggi, menjaga kehidupan pribadinya dengan sangat baik. Tidak mengenal takut dan pantang menyerah. Tapi peristiwa ini sangat mengguncang hatinya. Ia tahu, Rajanya itu butuh waktu untuk memulihkan hati.

Perang itu dimenangkan oleh pasukan La Maddukkelleng. Belanda mencatatnya sebagai salah satu kekalahan terbesar mereka di laut. Satu kapal mereka tenggelam dan dua lainnya dirampas. Mereka juga kehilangan banyak sekali serdadu laut. Di pihak La Maddukkelleng pun sebenarnya tidak sedikit korban yang jatuh. Kapal utamanya juga tenggelam di dasar laut, puluhan marinirnya gugur, banyak yang hilang dan yang paling tragis, istrinya entah di mana.

Ia berharap belahan jiwanya itu tidak tenggelam atau terbunuh. Ia berharap satu waktu akan menemukan istrinya dan terutama bayi yang sedang dikandungnya. Ia mengingat persis arus laut ketika itu menuju timur. Maka ia akan membentuk tim pencari ke sepanjang pantai barat dan utara Sulawesi. Istrinya itu harus ditemukan kabarnya. Ia tak yakin istrinya tewas. Firasatnya berkata demikian.(BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 2 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!