SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 62

SETIBA di Wajo, Arung Matoa La Maddukkelleng segera menata ulang kekuatan perangnya. Ia merekrut ribuan pasukan baru dari seantero Wajo dan negeri-negeri taklukan. Pelatihan besar-besaran segera digelar. Parir-parit pertahanan dibangun sekeliling Tosora dan benteng-benteng dalam bentuk tanggul diperbanyak di sepanjang sungai besar maupun sungai-sungai kecil yang saling tersambung.

Ia mengevaluasi semua kelemahan peperangan di Makassar. Ia tahu, pasukan Belanda dan aliansi Bone pasti akan melakukan serangan gencar sebagai balasan perang di Makassar. Ia membagi pertahanan tiga wilayah. Wilayah sungai, darat dan pertahanan kota. Seluruh rakyat diwajibkan ikut latihan militer dalam sebuah konsep pertahanan rakyat semesta Wajo.

Pengamanan Tosora dipercayakan di bawah Petta Pillae dengan pasukan khususnya, sementara pertahanan sungai dan darat tetap dikendalikan oleh Kapitan La Banna To Assa, meski masih dalam perawatan. Ia dibantu Cambang Balolo dan Aji Muhammad Idris yang membawahi Pasukan Inti Paser dan Kutai.

La Maddukkelleng mengirim Ambo Pabbola untuk kembali membeli amunisi dan senjata ke orang-orang Inggris. Sebbukati yang dikembalikan oleh Bone sebagian dialihkan menjadi anggaran perang. Emas dan perak yang dibawa oleh La Maddukkelleng dari Paser diuangkan dalam rangka meningkatkan pasokan logistik perang. Dukungan logistik juga datang dari Sultan Aji Muhammad Idris.

Fokus perjuangan Wajo adalah perang semesta Yassiwajori. Sumbangan dana perang dari negeri-negeri Palili (negara bagian) juga mengalir untuk mensupport persiapan besar melawan Belanda dan sekutu-sekutunya. La Maddukkelleng mengirim utusan ke I Denradatu penguasa Bone untuk tidak melibatkan diri dalam perang dengan Belanda, pun Soppeng, Batu-Batu, Ajatappareng dan Tanete.

CERITA SEBELUMNYA :

Mereka-mereka ini pernah terlibat dalam Perang Tosora I. Negeri-negeri ini menyampaikan takkan terlibat. Kecuali pasukan-pasukan yang saat ini terlanjur di bawah kendali We Batari Toja yang sedang berlindung di Makassar. Pasukan gabungan Belanda yang telah terbentuk di kawasan Sulawesi saat itu menghimpun Bone, Soppeng, Luwu, Buton dan Tanete.

Cambang Balolo dan Aji Muhammad Idris mengambil alih tugas-tugas sementara dari La Banna To Assa yang masih butuh istirahat untuk benar-benar pulih dari lukanya.

Dalam rangka konsolidasi wilayah-wilayah perbatasan itulah Panglima Cambang Balolo dan Aji Muhammad Idris sibuk melakukan perjalanan keliling, menyelidiki kerajaan-kerajaan yang dalam perang Tosora I berhasil dikalahkan dan membuat janji takkan terlibat lagi dalam perang melawan Wajo.

Selama dalam tugas itu, Aji Muhammad Idris membawa pasukan khusus berkuda. Berbagai bentrok dan pembangkangan kecil di perbatasan-perbatasan berhasil diatasi dengan sangat gemilang oleh Sultan Kutai ini. Sejak itu, nama Aji Muhammad Idris sebagai menantu La Maddukkelleng terkenal sebagai kesatria sakti dari Tana Kute (Kutai). Ia tersohor dengan lemmung kekebalan yang dimilikinya.

Pun orang-orang Kutai dan Bugis Samarinda yang menemaninya dikenal memiliki kepandaian tinggi. Lalu kemudian diketahui bahwa berita kegemilangan itu sampai jauh ke Tanah Kutai. Aji Kado sebagai pemangku sementara kekuasaan Kutai Kartanegara melihat terbukanya peluang untuk menyingkirkan secara permanen Sultan Kutai yang sedang berjuang di Wajo. Secara garis keturunan ia punya peluang menjadi sultan. Ia adalah saudara seayah Aji Sultan Muhammad Idris.

Diam-diam ia mengontak salah satu musuh besar La Maddukkelleng yang berada di Banjar, La Sigajang To Passarai. Ia mengajukan proposal kerja sama untuk menyingkirkan Aji Muhammad Idris di Wajo. Beberapa iming-iming dan suaka istimewa di Kutai jika ia mampu membunuh menantu Arung Matoa itu. Petualang La Sigajang To Passarai setuju. Ia lalu mengatur siasat bersama La Melleng, pengawal sekaligus seperguruannya.

CERITA SEBELUMNYA :

Ia mengirim sekelompok tim elit yang dipimpinnya langsung ke tanah Ugi. Kelompok ini sudah berada di Bone ketika La Maddukkelleng menyerang Makassar. Ia telah melakukan komunikasi dengan We Batari Toja di Makassar, melaporkan tugas bertahun yang diembannya sekaligus menyampaikan misi rahasia yang dibawanya. Seperti diketahui, misi pengejaran yang dilakukannya terhadap La Maddukkelleng puluhan tahun lalu adalah tugas dari mendiang Arumpone La Patau Matanna Tikka ayahanda Ratu Bone.

Ia juga masih memiliki hubungan kerabat yang dekat dengan ratu pelarian ini. Maka dengan mudah ia diterima dan diberi beberapa support logistik untuk melaksanakan misi rahasianya. Tadinya ia dan pasukan elitnya akan membantu perang di Makassar dan melaksanakan target di sana, tapi ia menilai sangatlah kuat pasukan Wajo yang saat itu sedang mengerahkan semua orang-orang terbaiknya.

Maka mereka mendekam di Bone sambil menyebar mata-mata ke Wajo. Selalu ada para pengkhianat yang bekerjasama dengan musuh. Beberapa orang Wajo yang membelot memberi info penting dengan bayaran emas dan perak. (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com) 

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 2 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!