SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 80

“ENGKAU pastilah muridnya. Berpuluh tahun aku mencari kesempatan untuk menguji ilmu dengannya. Kini aku tahu, pukulan api petirnya memang bukan cerita kosong. Tapi takdirmu buruk, orang muda. Engkau harus mati di tanganku sebagai bukti bahwa Kepalan Besi I Banranga berhasil membunuh Api Petir dari Tunreng Talaga.”

Berkata begitu I Banranga mengirimkan pukulan Kepalan Besi mengarah ke kepala La Banna To Assa dengan pengerahan penuh. La Banna dari setengah kesadarannya reflek melintangkan lengan di atas kepala menunggu datangnya maut. Aji Muhammad Idris yang berdiri tak jauh dari tempat itu melompat memberi bantuan.

Ia langsung mencabut senjata pusaka Buritkang yang bertuah. Ia membacok langsung ke arah leher bermaksud memecah perhatian manusia sakti itu. Ia telah menyaksikan kehebatan kakek tinggi besar ini, maka ia langsung melakukan serangan maut.

“Trraaannngng…!” Pedangnya tertangkis lengan yang penuh tenaga sakti. Tangan Aji Muhammad Idris bergetar hebat. Ia periksa pedangnya, alhamdulillah tidak rusak. La Banna To Assa selamat dari serangan maut. Detik berikutnya ia menyerang lagi dengan tebasan panjang ke arah kedua kaki.

CERITA SEBELUMNYA :

Namun yang diserangnya adalah anreguru manrapi dari Bawakaraeng yang di jaman itu sangat langka orang yang mampu menandingi kesaktiannya. Jangan kata melukainya, bahkan I Banranga mendahului serangan itu dengan pukulan ke arah dada Aji Muhammad Idris.

“Dukk.. desssss..” Pukulan itu tidak begitu telak. Tapi tak urung Aji Muhammad Idris terlempar dua tombak ke belakang. Ia jatuh berdebum tapi kembali ia berdiri dengan posisi pedang digenggam erat. Dia tidak terluka serius. Kelebihan Sultan Kutai ini adalah kekebalan tubuh yang sangat kuat. I Banranga terkejut, jarang di dunia ini ada orang yang mampu menahan kepalan besi-nya. Ia lalu kembali tertawa,

“Huaa ha haaaa…  Hari ini aku turun dari Bawakaraeng, tak menyangka bertemu banyak orang-orang muda yang pandai. Siapa engkau yang memiliki tenaga lemmung kebal ini? Aku seperti tak mengenal pukulanmu?”

“Tak perlu engkau tahu siapa aku, engkau orang tua pengkhianat bangsa sendiri, tak berguna memiliki ilmu tinggi jika hanya untuk membela penjajah!”

“Ha ha ha haaaa… Aksenmu menunjukkan kamu orang Melayu. Ya, dasar silatmu mirip Kuntau. Kamu orang seberang. Tak apa, terimalah takdirmu mati bersama murid Tunreng Talaga ini…” I Banranga kembali menyerang langsung ke Aji Muhammad Idris.

Seperti tadi, ia mengirim pukulan dengan kedua kepalannya yang besar. Muhammad Idris tidak berani menerima pukulan itu secara frontal. Sambil mengerahkan penuh tenaga sakti yang membuat tubuhnya mengebal, ia miringkan kuda-kuda dan menyampok dari samping bermaksud membuyarkan tenaga besar yang datang bagai badai.

CERITA SEBELUMNYA:

Pedangnya menyusul mengirim tebasan panjang yang membentuk cahaya putih menyilaukan mata. Tangan dan sekaligus pedang panjang dalam posisi serang itu berbenturan dengan kepalan besi I Banranga

“Duk.. Bumm… Deessshh…” Dua tenaga besar bertemu dalam gebrakan, kembali Muhammad Idris terpental, bergulingan jauh. Matanya berkunang-kunang namun masih mampu berdiri dengan menopang tubuh pada pedangnya. Ia jelas terluka.

Karena jaraknya lebih dekat dengan La Banna, I Banranga mengalihkan serangan untuk menuntaskan urusannya dengan murid Tunreng Talaga itu. Sepenuh tenaga ia mengirim pukulan pamungkas bermaksud menghabisi nyawa La Banna To Assa. Terdengar gemuruh angin saat ia mengerahkan kepalan besinya ke sasaran. Di detik yang genting itu, tiba-tiba datang kelebatan bayangan yang langsung menangkis pukulan maut I Banranga.

“Duk.. Duaaarrr…” Dua kekuatan raksasa bertemu menimbulkan suara berdebug sangat keras. I Banranga terjengkang hampir jatuh ke ke belakang dengan mata terbelalak kaget tak percaya. La Banna tersadar maut belum menciumnya.

Ia menoleh ke samping. Di sana La Maddukkelleng berdiri dengan posisi kuda-kuda rendah, satu tangannya menyentuh tanah. Benturan tadi membuat dia terpukul mundur dua langkah. Bentrok pertama ini memperlihatkan tenaga hampir berimbang antara keduanya.

La Maddukkelleng unggul tipis karena berada pada posisi lebih awas. Dua jagoan berhadap-hadapan kini. I Banranga yang memiliki tinggi badan jauh melampaui La Maddukkelleng terlihat seperti raksasa hitam dalam bayang pohon yang bergerak-gerak. (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com) 

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 9 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!