SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 86

LA MADDUKKELLENG dan Karaeng Bonto Langkasa tak menunggu waktu langsung menggempur Makassar dengan semangat menyala-nyala. Api dendam yang tersimpan selama delapan puluh tahun lebih ketika Belanda dan Arung Palakka membakar habis kota Makassar kini dikobarkan kembali.

Dari arah utara Makassar, La Maddukkelleng menghujani kota itu dengan meriam-meriam besar. Sementara Karaeng Bonto Langkasa dibantu pasukan infanteri Wajo di bawah Panglima Cambang Balolo menyerang lewat darat dari arah timur. Perang besar berkecamuk. Tak mudah menembus pertahanan kota yang dilengkapi persenjataan lengkap.

Aliansi Belanda dan gabungan pasukan We Batari Toja terlampau banyak. Setelah perang berlangsung dua hari, armada laut La Maddukkelleng di bawah La Banna To Assa merapat ke darat. Pasukan mereka menyatu di perbatasan kota. Dari sini pasukan bergerak bagai buldozer melumatkan gundukan-gundukan pemukiman.

Dari timur mereka menggempur basis pasukan aliansi Bone dengan tembakan meriam tiada henti. Pasukan musuh termasuk We Batari Toja mundur menuju Rotterdam bergabung dengan pasukan Belanda. Seluruh kota dipenuh asap mesiu dan aroma kematian. La Maddukkelleng membakar habis istana Arumpone di Bontoala yang telah ditinggalkan penghuninya.

CERITA SEBELUMNYA :

Dari Mallengkeri yang telah lumpuh, mereka merangsek maju dengan menyeret meriam-meriam yang terus didentumkan. Perang kota lalu berlangsung berhari-hari. Setelah perang jarak jauh, kini perang makin berjarak dekat yang membutuhkan kepandaian dan juga keberanian.

Hari ketika itu berbulan April tahun 1739. Pasukan La Maddukkelleng adalah pasukan yang ditempa oleh pengalaman panjang. Baik di darat maupun di laut. Maka sebenarnya perang jarak dekat seperti ini biasanya menguntungkan mereka secara pengalaman. Namun perang kali ini adalah melawan Belanda yang selain memiliki persenjataan lengkap juga telah mempersiapkan pertahanan kota yang sangat baik.

Benteng-benteng mereka bangun sepanjang pantai dan berkonsentrasi di dalam Benteng Rotterdam yang sangat kokoh. Meriam-meriam yang terus menyalak dari dalam benteng berukuran besar dan dahsyat. Pasukan La Maddukkelleng seperti terhalang oleh tembok raksasa yang tak mampu ditembusnya.

Dalam situasi genting di malam ke tujuh perang melelahkan itu, telah tiba pasukan Ambo Pabbola dan Aji Muhammad Idris di perbatasan Maros. Berita itu menaikkan semangat tempur pasukan La Maddukelleng dan Bonto Langkasa. Perang gerilya kota kembali berkecamuk sampai subuh. Korban kedua belah pihak bergeletak di jalan-jalan yang hanya terlihat di pagi hari.

Pasukan La Maddukkelleng mundur ke arah Gowa bermaksud memeriksa barisan pejuangnya. Ribuan pasukan telah gugur, banyak yang luka-luka. Namun gong perang terlanjur ditabuh, setelah menghitung kekuatan dan menentukan strategi berikutnya, sore hari kembali mereka menyerbu kota.

La Banna To Assa di front tengah bersama Karaeng Bonto Langkasa sebagai ujung tombak, sementara Cambang Balolo, Aji Muhammad Idris dan Ambo Pabbola bertempur dari sayap kiri kanan. Penyerangan kali ini lebih rapi dan efektif. Arah serangan tetap dari timur dan utara Makassar. La Maddukkelleng berada di barisan tengah tepat di belakang pasukan utama.

Malam mulai tiba ketika mereka memasuki kota. Dentuman meriam, senapan dan juga teriakan para perajurit membahana di malam remang seolah suara malaikat pencabut nyawa.

CERITA SEBELUMNYA :

Perang jarak dekat kembali terjadi, kini lebih dahsyat karena obor-obor dinyalakan di seluruh pilar-pilar kota, pagar-pagar bangunan dan juga cahaya terang dari beberapa bangunan yang terbakar. Target La Maddukkelleng adalah menghancurkan Benteng Rotterdam.

Saat mereka makin merangsek mendekati benteng, tiba-tiba dari arah timur belakang terdengar sorak sorai pasukan disertai bunyi letusan silih berganti. Bala bantuan Belanda datang dalam jumlah cukup besar.

La Banna memerintahkan membagi dua pasukan, kekuatan utama meneruskan serangan mengarah benteng, sementara sebagian menghalau penyerang yang datang dari arah belakang. Perang kini menyebar dan berubah formasi. Dari situasi mengepung kini terkepung. Seribu lebih pasukan La Maddukkelleng terbagi dua konsentarasi. Musuh ada di depan dan juga di belakang.

Suara pasukan musuh dari arah belakang semakin dekat. La Banna To Assa penasaran. Dia berbalik melihat apa yang sedang terjadi di kekacauan itu. Alangkah kagetnya setelah melihat pasukan di garis belakang kocar kacir. Banyak yang lari ke arah gelap. Salah seorang pasukan datang melapor dengan napas ngos-ngosan. Terlihat ada banyak darah di bajunya.

“Pasukan bantuan musuh sangat tangguh, Pueng. Mereka dipimpin orang tua berilmu tinggi dari Bawakaraeng, ada juga orang-orang Buton dan beberapa pasukan tak dikenal..” (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com) 

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 5 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!