SANG PEMBEBAS

BAGIAN KESEBELAS : PANGGILAN PERANG (Episode-5)

0 45

PERANG itu berlangsung selama dua hari dua malam. Belanda berhasil dipukul mundur, telak. Namun armada laut Belanda yang kini tinggal lima itu tetap menghadang di rute menuju Makassar. Tak lama lagi waktu untuk sampai Makassar.

Sesekali dari kejauhan masih terdengar meriam ditembakkan. Namun lama kelamaan menghilang. La Maddukkelleng tidak memerintahkan untuk mengejar, malah menyuruh memperlambat laju sambil memperbaiki sisi kapal yang rusak oleh perang semalam.

Perang hanya mengakibatkan beberapa orang terluka oleh serpihan badan kapal yang terkena peluru. Sultan Aji Muhammad Idris yang berada di kapal kedua terlihat berdiri di atas anjungan kapal. Memegang gagang keris Buritkang di sisi depan dada. Terlihat gagah raja muda ini. Perang besar barusan adalah pengalamannya yang pertama bertarung di lautan.

CERITA SEBELUMNYA :

Dalam kecamuk semalam ia didampingi oleh beberapa pengawal utamanya yang menyertai dalam misi dan juga Ambo Pabbola sebagai panglima kedua. Ia makin sadar bahwa kebesaran memang haruslah diperjuangkan. Ia telah menyaksikan bagaimana strategi taktik bertarung di laut telah dipraktekkan oleh mertuanya.

Tak salah kesohoran yang telah merebak bahwa La Maddukkelleng, bekas raja perompak selat memang tiada duanya dalam pertempuran air. Orang-orangnya juga berani dan berkepandaian tinggi. Panglima Ambo Pabbola bahkan berani turun ke medan terdekat dengan mengendarai perahu serang kecil yang bermuatan dua meriam. Orang-orang ini sungguh tak mengenal takut.

Perahu terus melaju tanpa hambatan. Cuaca juga bersahabat, langit terang dan bersih. Saat mendekati perairan pesisir Makassar, hari menuju siang terik. Matahari hampir berada persis di atas ubun-ubun. La Maddukklleng mengamati daratan dengan teropong dari anjungan kapal. Raut wajahnya menegang kala kapal mereka mendekati Pulau Lae Lae.

Itu adalah jarak tembak yang cukup bagi meriam besar yang dinamainya Bolong Kamase untuk sampai ke Benteng Rotterdam yang kini dikuasai penuh oleh Belanda. Jika menurutkan kata hati, ingin segera ia memborbardir kota itu. Namun, tak baik tergesa, mereka harus ke Wajo dulu untuk membangun skuad yang lengkap. Biarlah kali ini menunda hari panas itu.

Lagi pula utusan telah dikirim terlebih dahulu dengan perahu Bintak tercepat kepada Mangkubumi Gowa yakni I Mappasempek Daeng Mamaro Karaeng Bonto Langkasa untuk berkoordinasi soal peta dan strategi perang yang akan dikobarkan bersama. Mereka telah lama saling berkorespondensi dan juga saling memberi kabar lewat utusan-utusan. Mereka satu visi dalam memandang keberadaan orang-orang Belanda yang harus diusir dari daratan Bugis Makassar.

Ia terus memantau darat dengan teropong besar buatan Inggris. Makassar kota yang ramai. Terlihat dinding benteng yang kokoh tak jauh dari Pelabuhan. Kapal-kapal besar berjejer di sana. Juga rumah-rumah berdiri sepanjang pantai menuju arah timur. Rumah-rumah warna putih itu pastilah rumah gedung Belanda.

CERITA SEBELUMNYA :

Hanya mereka-merekalah yang menyukai membangun rumah dari batu. Orang-orang Bugis dan Makassar selalu bangga dengan rumah panggung dari kayu. Tahan gempa dan memiliki tuah di semua ornamennya.

Namun tiba-tiba dari arah darat, terdengar beberapa kali dentuman. “Dummm.. Duarrr.. Dum.. Dummm…!!”

Rupanya mereka menembakkan meriam dari dalam benteng. La Maddukkelleng segera naik ke atas anjungan yang lebih tinggi. Lewat teropong di tangannya ia melihat nyala api muncrat dari moncong-moncong meriam yang ditembakkan. Meski tak mencapai tempat mereka, tapi itu adalah tembakan yang dimaksudkan untuk menghalau. Tembakan tantangan yang mengumbar kesombongan.

La Maddukkelleng tak mampu lagi mengendalikan diri. Ia memerintahkan langsung Kapitan La Banna To Assa membalas serangan. Dua kapal yang beriringan itu memutar haluan dengan formasi serang. Dengan gencar mereka memborbardir daratan dengan meriam. Mereka telah sampai ke ujung Pulau Lae Lae yang dipenuhi kelapa dan pohon-pohon.

Mereka merapat di sisi luar pulau . Kapal utama di belakang, sementara kapal satunya di depan posisi serang. Jangkar diturunkan. Daratan pulau dijadikannya benteng pertahanan. Taktik ini sukses membebaskan mereka dari sasaran empuk artileri benteng Rotterdam. Sementara Meriam-meriam baru yang dibeli dari Inggris memiliki daya jangkau jarak jauh.  (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 1 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!