SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 119

PROLOG (SAMBUNGAN-2)

DALAM rangka menambah kekuatan angkatan perang, rekrutmen pasukan dilakukan secara besar-besaran. Pun anggaran perang ditingkatkan lima kali lipat.

Benteng-benteng pertahanan dibangun kokoh, sekolah-sekolah militer, perkumpulan pencak silat dan semua yang menunjang pertahanan keamanan disubsidi berlipat-lipat oleh kerajaan.

Inilah masa dimana kekuatan militer dibangun bukan hanya sebagai alat pertahanan, tapi juga sebagai pesan ke seluruh kerajaan sekitar bahwa Gowa-Tallo adalah pemimpin perdamaian Sulawesi bagian selatan dan sekitarnya.

Tunijallo, Raja Gowa saat itu memandang aliansi Tellumpoccoe sebagai ancaman langsung terhadap supremasi Kerajaan Gowa yang tertanam sejak lama. Apa lagi, Kerajaan Wajo dan Soppeng, yang waktu itu masih berada dalam pengaruh Kerajaan Gowa, ikut sebagai tiga pilar dalam aliansi itu.

Bagi Gowa, Tellumpoccoe sangat menguntungkan Kerajaan Bone. Keberhasian Bone melibatkan Soppeng dan Wajo dalam sebuah persekutuan tidak saja menambah kuat kedudukan Bone, tetapi juga memperlihatkan bahwa Bone mulai melakukan perluasan pengaruh dan kekuasaan.

Ini adalah tantangan bagi Gowa yang juga mencoba membangun kekuatan, baik secara politik maupun ekonomi kerajaan.

Gowa menganggap bahwa masuknya Soppeng dan Wajo adalah satu pengkhianatan, karena kedua kerajaan itu dianggap sebagai kerajaan-kerajaan bawahan yang melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Gowa.

Aliansi baru ini adalah genderang perang terhadap Gowa. Maka, perang tidak terhindarkan lagi, dendam-kesumat yang berhasil diredam dengan perjanjian perdamaian yang pernah disepakati dengan Gowa, berkobar kembali. Maklumat perang segera digelorakan.

BERITA TERKAIT :

Raja Gowa telah mengatur barisan perang bersiap melakukan serangan terhadap Wajo. Bone yang mengetahui hal itu, mencoba mencari jalan keluar. Kajao Laliddo, cendekiawan terkemuka dan penasehat Raja Bone, diutus agar Raja Gowa tidak meneruskan keinginannya menyerang Wajo.

Usaha yang dilakukan oleh Kajao Laliddo tidak berhasil. Setumpuk kebijaksanaan tak berlaku di depan api yang telah membara. Bone lalu menyampaikan kepada Wajo untuk tidak gentar dalam menghadapi Gowa.

Maka pada awal tahun 1583, serangan terhadap Kerajaan Wajo dilakukan secara besar oleh Gowa. Tetapi, serangan ini dapat dipukul mundur oleh Wajo yang dibantu secara diam-diam oleh pasukan-pasukan dari aliansi Telumpoccoe.

Gowa dipukul mundur dan membutuhkan waktu persiapan tujuh tahun untuk menyerang Wajo kembali. Ketika itu akhir tahun 1590, serangan dilakukan dengan persiapan matang dan dipimpin langsung oleh Sombayya Gowa. Tetapi Gowa kembali tidak mampu mengalahkan aliansi Tellumpoccoe.

Bahkan secara tragis Tunijallo sendiri, Somba Gowa yang pemberani, tewas diamuk oleh seorang pengikutnya, I Lolo Tammakkana.

Tidak diketahui apa motif pembunuhan itu, diperkirakan karena masalah pribadi atau mungkin karena persaingan kekuasaan. Gowa terpukul dan kocar kacir. Mereka mundur sebagai pihak yang menderita kekalahan.

Keberhasilan Bone-Wajo yang secara meyakinkan mengalahkan Gowa menambah kepercayaan diri pada para penguasa di Tellumpoccoe. Raja Soppeng pun, sebagai adik bungsu Tellumpoccoe, menguji kekuatannya dengan menaklukkan Lamuru, tetangganya yang dianggap selama ini tidak bersahabat.

Setahun kemudian, Kerajaan Soppeng kembali menyerang wilayah Ajjatappareng. Perang terjadi kurang-lebih dua bulan lamanya. Perang kali ini pun dimenangkan oleh Kerajaan Soppeng, Sidenreng dinyatakan kalah. Kedua serangan yang dilakukan oleh Soppeng ini mendapat dukungan penuh dari Kerajaan Bone dan Wajo.

Euforia kemenangan ini melejitkan konfidensi Tellu Bocco (tiga puncak) Bone – Soppeng – Wajo sebagai kekuatan yang sejajar dengan supremasi lain di Tana Ugi.

Dua tahun setelah mengalahkan Sidenreng, kerajaan-kerajaan yang telah beraliansi dalam Tellumpoccoe itu, bersama-sama melakukan serangan atas wilayah Cenrana, daerah kekuasaan Luwu saat itu.

Wilayah ini pada awalnya sudah pernah ditaklukan oleh Kerajaan Bone, tetapi penguasa Luwu, dengan bantuan Gowa, berhasil merebutnya kembali.

Maka melihat kekuatan Kerajaan Gowa yang menurun, Tellumpoccoe memutuskan untuk menyerang kembali Cenrana. Kerajaan Luwu tidak berdaya dalam menghadapi serangan yang dilancarkan oleh Bone dan sekutu-sekutunya. Wilayah Cenrana pun jatuh.

Dari segi ekonomi, Cenrana merupakan satu wilayah yang sangat penting. Perdagangan melewati Sungai Cenrana ini penting bagi hampir seluruh kerajaan-kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan.

Dalam situasi peperangan yang terus berkecamuk itu, Gowa tak berhenti melakukan akspansi. Gowa tercatat telah menanamkan pengaruhnya keluar Sulawesi dengan menduduki Bima di tahun 1616 dan Sumbawa di tahun 1618.

Kerajaan Gowa juga berhasil memperbesar daerahnya dengan menaklukkan beberapa daerah di sekitarnya seperti Garassi, Katingang, Mandalle, Parigi, Labakkang, Siang (Pangkajene), Sidenreng, Lempangan, Bulukumba, Selayar, Panaikang, Campaga, Marusu (Maros), Polongbangkeng (Takalar) dan lain-lain. (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 16 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!