Kunjungi Sanga-Sanga, Mahasiswa Dalam Modul Nusantara Saksikan Pompa Angguk

Situs Dalam Penjagaan Komunitas KOMPAS

0 189

DETAKKaltim.Com, SANGA-SANGA : 8 orang Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2021 yang tergabung dalam Pertukaran Mahasiswa antar pulau di STMIK Widya Cipta Dharma Samarinda, mengunjungi situs Sumur Minyak di Sanga-Sanga sebagai bagian dalam pembelajaran Modul Nusantara.  

Mereka didampingi Pajar Pahrudin, Dosen Pembimbing Modul Nusantara mengunjungi Pompa Angguk Sanga-Sanga yang terletak di Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Sabtu (11/12/2021).

Pompa Angguk ini terbuat dari Kayu Ulin berdiameter sekitar 40 Cm x 40 Cm, dan telah masuk dalam daftar inventaris cagar budaya yang dilakukan oleh BPCB Samarinda beberapa tahun lalu.

Pompa Angguk dihidupkan dengan tenaga gas dari sumurnya sendiri yang memutar mesin untuk mendapatkan gaya, guna membuat tangkainya mengangguk.

Prinsip kerja pompa ini seperti vakum penyedot untuk menyedot Minyak dari Perut Bumi, dengan kedalaman lebih dari 1 Km ke dalam tanah.

Pada tahun 40-an informasi yang diterima dari beberapa sumber yang dapat dipercaya menyebutkan, Pompa ini dapat mengeluarkan hingga 560 Barrel Minyak per hari jika dalam keadaan bekerja normal.

Jauh sebelum keberadaan Pertambangan Minyak Bumi, daerah Sanga-Sanga telah lama dikenal. Seperti telah dituturkan dalam naskah Salasilah Kutai dengan sebutan Sanga-Sanga. Dengan demikian, daerah ini telah dikenal sekitar abad Ke-13 M, ketika masa pemerintahan Aji Batara Agung Dewa Sakti.

Data lain yang mengarah pada sejarah Sanga-Sanga modern, daerah ini sangat terkait dengan kekayaan Minyak Buminya. Nama Sanga-Sanga pernah diberitakan di media ekonomi Eropa sejak ditandatangani perjanjian antara Belanda dan Kerajaan Kutai yang berlangsung pada tanggal 19 Oktober 1850.

BERITA TERKAIT :

Tahun 1897 Sanga-Sanga mulai dikenal karena kekayaan minyak buminya, bahkan dapat dianggap Lumbung Minyak Bumi Nusantara yang kandungannya tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia.

Hal ini dapat tergambar pada kedalaman Sumur Minyaknya yang bervariasi, mulai dari kedalaman 47 Meter hingga sumur yang paling dalam mencapai 1.200 Meter. Dari hasil produksi yang melimpah, Sumur-Sumur Minyak di Sanga-Sanga tidak berhenti beroprasi hingga saat ini, meski telah mengalami pergantian pengelolaan.

Diketahui 20 Februari 1897 pertama kali Sumur Louise 1 di Sanga-Sanga menyemburkan Minyak. Karena itu, Sumur tersebut dikenal dengan Sumur Minyak Pertama di Sanga-Sanga.

Berikut Pergantian Pengelolaan Sumur-Sumur Minyak di Sanga-Sanga

Periode 1897–1905 oleh NIIHM (Nederlarnds Indische Industrie En Handel Maatschappij). Pada periode ini pengelolaan pertambangan masih tahap awal dan manajemennya belum baik. Kerajaan Kutai tidak bisa membantu penuh karena masih berhadapan dengan masalah intern kerajaan yang belum selesai.

Penggunaan teknologi dan peralatan kerja masih sangat sederhana, salah satu di antaranya penggunaan alat angguk dan roda yang terbuat dari Kayu Ulin. Alat ini dapat di lihat pada Muara Sanga-Sanga namun sudah lama rusak, tidak lagi berfungsi.

Alat ini sekarang menjadi situs cagar budaya peninggalan Belanda, namun sayang tidak terawat dengan baik.

Periode 1905 –1942 oleh BPM (Batavia Petroleum Maatschappij). Pada masa ini fasilitas-fasilitas umum. Selain itu, pengolahan minyak mentah menjadi minyak siap pakai, seperti Oli, Bensin, dan Minyak Tanah telah dilakukan karena sangat diperlukan dalam menyuplai bahan bakar tenaga listrik yang berlokasi di Kelurahan Sari Jaya.

Selain itu, bahan bakar juga diperlukan untuk mengoperasionalkan Mesin Air yang berada di pinggir Sungai Sanga-Sanga agar bisa naik ke atas bukit untuk diolah menjadi air bersih untuk keperluan perusahaan.

Periode 1942-1945 oleh Jepang. Penguasaan Jepang tidak berlangsung lama. Meskipun demikian, mereka sempat membangun fasilitas pengeboran dan menambah Sumur-Sumur Minyak guna kepentingannya dalam menghadapi perang dengan sekutu. Pembangunan barak atau bangsal untuk menampung para pekerja Romusha, Ianfu dan tentaranya juga didirikan.

Periode 1945 – 1972 oleh BPM/SHELL atau Pertamina. Pada masa ini Belanda yang mengambil alih perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan Shell, serta Perusahaan Minyak Nasional (PERMINA). Pada masa ini terjadi nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, dan peranannya semakiin meningkat. Pada masa ini merupakan masa keemasan bagi Kota Sanga-sanga.

Periode 1972- 1992 oleh TIPCO – Tesorro (perusahaan Amerika Serikat). Pada masa ini terjadi perubahan pola orientasi kerja sama ekonomi, yang semula dikelola oleh perusahaan asing Belanda, Inggris, beralih ke pasaran Amerika Serikat (Tesoro). Peningkatan pengeboran Minyak semakin maju dan cenderung tidak terkontrol.

Periode 1992–2008 oleh PT Medco E & P. Pada masa ini kepemilikan dan hak eksplorasi dilakukan, dengan sistim mekanisme pasar, yaitu dengan memberlakukan sistim tender dan keikutsertaan bangsa asing dibatasi. Pada saat ini fasilitas produksi, alat eksplorasi dan perumahan tidak dipergunakan secara memadai karena pemakaian tenaga kerja yang semakin berkurang. Keberadaan perumahan BPM dan bangsal sudah tidak terkoordinir lagi sehingga rusak.

Saat ini kepemilikan Sumur-Sumur minyak di Sanga-Sanga dimiliki oleh Pertamina UBEP, setelah mengambil alih dari Medco tahun 2008.

Sebagai bentuk pelindungan terhadap cagar budaya yang ada di Sanga-Sanga, khususnya Situs Pompa Angguk yang tidak lagi beroperasi, dan cagar budaya lainnya, Guci yang berisi tulang-tulang di bawah pengawasan komunitas KOMPAS. Dengan harapan situs tersebut dapat terhindar dari ancaman kerusakan atau kehilangan.

Situs penemuan guci yang berisikan tengkorang manusia berusia 100 tahu tersebut, tersimpan rapi di museum tidak jauh dari Jembatan Merah Putih, pintu gerbag masuk ke Sanga-sanga.

“Guci ini sengaja kami pamerkan di ruang ini agar masyarakat Indonesia dapat melihatnya. Namun tolong kita jaga bersama, agar benda purbakala ini dapat terlindungi. Saat ini memang kita belum bisa menaruhnya di dalam kaca, mengingat tidak ada biaya,” tutur Ali, salah seorang personil komunitas KOMPAS. (DETAKKaltim.Com)

Sumber  : Rilis

Editor   : Lukman

(Visited 3 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!