KEBOHONGAN NEGARA MAJU DARI SISI TEKNOLOGI BERAKHIR DENGAN KETAKUTAN ATAS GLOBAL WARMING DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN

0 330

Penulis : Otto Geo Diwara P                                                                                                                                Presiden Serikat Pekerja Pertamina Seluruh Indonesia (SPPSI) 2009-2016

KEBOHONGAN negara maju untuk jual teknologi dalam proses di kilang pengolahan untuk menghasilkan bahan bakar minyak dan selanjutnya bila global warming tidak teratasi Amerika, China, Rusia, Eropa, akan lenyap ditenggelamkan oleh cairnya Kutub Utara/Selatan dan berdampak ke NKRI

Saat ini jika BBM (fosil) langsung diblend dengan minyak nabati (Sawit) – itu terbukti tidak bagus. Setelah sekitar 4 jam campuran akan memisah lagi, dan bisa merusak mesin.

Akan tetapi jika minyak nabati (Sawit – Crude Pump Oil – CPO) itu diolah terlebih dahulu, menjadi RBDPO (Refined, Bleached, Deodorizing Palm Oil), kemudian diolah lagi di Kilang Minyak Pertamina dengan menggunakan Katalis khusus, maka hasilnya akan menjadi produk BBM Nabati kelas Euro-5. Karena Sulphurnya sudah Nil/Trace alias tidak terdeteksi.

Saat ini dilakukan oleh Direktorat Pemasaran – berubah menjadi PT Pertamina Patra Niaga mencampur langsung Solar/Diesel dengan FAME – Fatty Acid Methyl Ester – bahan campur Bio Solar B 30 (Minyak Sawit yang belum diolah ) pihak R&D Dit.Pengolahan saat ini Kilang Pertamina Internasional pernah mengingatkan/menyarankan agar campuran FAME max. 4 % dan menyarankan agar Kilang Pertamina (saat itu Refinery Unit -VI Balongan) agar memulai mengolah RBDPO menjadi Bio Avtur ataupun Bio Solar, dengan menggunakan Katalis Khusus hasil penelitian/pengembangan melalui kerjasama antara R&D Pertamina dengan ITB.

Katalis khusus tersebut saat itu sudah ditemukan, dan sedang melalui proses Patent di Dirjen HAKI/ Kemenhukam.

Dan katalis ini merupakan yang pertama di dunia, Tim dari ITB ada yaitu Prof Subagyo, Dr Makerthi Arta, Dr Melia dan rekan Tim Pertamina dari R&D Pulogadung.

Hasil jika sudah menjadi Bio Avtur atau Bio Solar, maka sudah tidak perlu campuran dari BBM Fosil, bisa langsung digunakan dan masuk Euro. Nmun jika hendak mengejar keekonomian maka bisa dicampur BBM Fosil, jumlah berapapun, tergantung margin yang ingin diraih.

Hanya saja kendala adalah bahwa :

(1). Pertamina tidak memiliki Lahan Sawit.

(2). Harga Sawit (CPO) masih lebih mahal dibanding Solar maupun Avtur, sehingga mana mau pengusaha  Industri Sawit melepasnya ke Pertamina – walau bisa merger, karena PT Perkebunan juga BUMN.

Baca Juga :

Kunci dari kemajuan, entah itu suatu negara ataupun perusahaan, organisasi dan lain sebagainya ada di riset dan pengembangan. Jika tidak ada, maka selamanya kita akan didikte oleh pihak yang lebih pintar dan lebih kaya, alias  tidak bakal kita bisa menjadi bangsa yang mandiri – percayalah.

Pola pikir yang sengaja “ditanamkan” oleh negara maju, bahwa Riset & Development  hanya buang-buang Uang, dan produknya pasti mahal. Karena mereka ingin, agar negara lain pakai saja produk mereka.

Contoh, Katalis NHT (Naphtah Hydro Treating) media yang sangat penting dalam proses pengolahan minyak. Nama Patent : 100 PK HS (PK – Pertamina Katalis) maka UOP – Universal Oil Production  – Amerika Serikat ) langsung menakuti-nakuti bahwa mereka tidak akan menjamin jika terjadi kerusakan Kilang jika pake katalis 100 PK HS.

Dan seluruh Eng.Dev.Dit.Pengolahan PT Pertamina saat itu  juga mendukung UOP, sehingga Tim Pertamina dan Tim Institut Teknologi Bandung harus teken surat jaminan garansi, dengan taruhan nama/reputasi/jabatan. Kebetulan, produk katalis diuji coba di Refinery Unit II – Dumai. Dan ternyata Alhamdulillah, Puji Tuhan : Sukses.

Saat itu beli katalis dari UOP berapa harganya? 21 USD/Kg, sementara harga produksi 100 PK HS hanya 11 USD/Kg. Bayangkan selama puluhan tahun UOP mengeruk keuntungan dari Pertamina (ini harus diaudit sebenarnya). Kini 100 PK HS sudah digunakan di seluruh Kilang Pertamina, dan TPPI Tuban.

Memang produk R&D itu mahal, namun produk R&D tersebut jika sudah ditemukan, maka harus dan akan dikaji lebih lanjut untuk Produksi Skala Komersial. Di sini sudah masuk kajian aspek keekonomian, dan sudah melibatkan seluruh pihak yang terkait.

Energi Baru dan Terbarukan (EBT) adalah Istilah, sedangkan Bio Fuel adalah Jenis Produk EBT. Dimaksud, bahwa sumber energi berasal dari bahan yang bisa diperbarui, misal dari tanaman. Kan tidak akan ada habisnya, karena kita tanam terus menerus.

Energi Fosil Akan Ditinggalkan! Karena Apa? Isue Lingkungan!

Uni Eropa sudah tidak mengijinkan/melarang pesawat terbang yang melintas di udara wilayah Eropa, jika masih menggunakan bahan bakar Avtur dari Fosil. Jadi harus memakai Bio Avtur, tinggal tunggu waktu untuk BBM di darat.

Yang namanya regulasi bersifat global, tidak akan ada lagi murah atau mahal. Jika sudah dilarang, ya tidak akan bisa digunakan. Sehingga mau tidak mau, Indonesia harus mengembangkan EBT, makanya inilah mengapa Produk Sawit Indonesia diboikot oleh Uni Eropa, dengan alasan bahan untuk makanan kok digunakan sebagai bahan bakar.

Produsen Sawit terbesar di dunia adalah Indonesia, kemudian diikuti oleh Malaysia. Padahal kebunnya, ya di Indonesia juga di Sumatera.

Yang namanya EBT – Energy Baru Terbarukan, Indonesia adalah Sorganya. Sinar Matahari berlimpah sepanjang tahun, air dari sungai, gelombang laut, angin, algae (tumbuh sepanjang tahun, tidak kenal musim dingin – mati), panas bumi (geo thermal), kemudian seluruh jenis kayu, asal ada Selulosanya itu semua bisa dijadikan sebagai sumber energi.

Issue Lingkungan Sangat Penting, Bagi Siapa?

Bagi negara-negara maju, ketika terjadi pemanasan global (Global Warming), maka Es abadi di Kutub Utara/Selatan mulai mencair. Dan itu dapat dibuktikan dari foto satelit tentang luas area di permukaan Kutub yang mulai berkurang, dan naiknya permukaan laut.

Akibatnya apa? banyak negara yang akan tenggelam. Mana yang pertama?, Amerika sama Eropa  (negara-negara maju). Indonesia hmm tenang-tenang aja.

Jadi negara maju yang lebih banyak mencemari lingkungan, dan mereka yang akan terdampak lebih besar karena kerusakan lingkungan, tetapi mereka juga lebih galak kepada negara miskin/berkembang agar peduli terhadap Lingkungan.

Kenapa Bio EBT dibutuhkan, karena kandungan Sulphurnya sangat berbahaya. Untuk nabati, tidak ada Sulphur sama sekali.

Ikatan kimia Sulphur yang merusak Lingkungan. Sulphur menjadi penyumbang utama Hujan Asam, dan ikatan kimia Sulphur juga yang merusak lapisan Ozon di Atmosfir.

Hingga saat ini teknologi pemisahan Sulphur dari Crude Oil  (fosil – Minyak Bumi ) membutuhkan biaya/investasi yang sangat tidak masuk akal, – dan jauh dari nilai ekonomi -. Malah menjadi proyek rugi, sehingga yang ada baru teknologi untuk memisahkan Sulphur dari sebagian produknya.

Contoh Unit Sulphur Recovery yang ada di Kilang Pertamina, hanya ada 2 di Balongan dan Cilacap. Keduanya hanya untuk mengambil Sulphur dari produk LPGnya, bagaimana sulitnya dan berbahayanya mengoperasikan unit LPG Sulphur Recovery tersebut. Dan nilai ekonominya? Minus, alias rugi. Tapi harus dioperasikan, agar produk LPGnya On Spec.

Negara penghasil Minyak di Timur Tengah, sudah memulai untuk mengalihkan sumber pendapatan utama dari minyak fosilnya ke hal lainnya, misal dari bisnis portofolio dengan investasi besar-besaran ke negara lainnya.

Juga menaikkan pendapatan dari pariwisatanya (Dubai, Abu Dhabi, dlsb). Makanya sekarang aturan untuk berbikini, aturan untuk tinggal satu kamar bagi pasangan yang belum menikah, dan lain sebagainya telah diperlonggar.

AS, Eropa Barat, Jepang, Korea dan China terus berlomba untuk mengeluarkan produk kendaraan listriknya, itu semua pertanda bahwa Energi Fosil sudah bukan primadona lagi.

Apakah nanti peradaban timur tengah akan berobah, wait and see. Dan apakah keangkuhan negara negara Eropa, Amerija Serikat, dan Rusia juga China akan rontok? Kita lihat bahwa NKRI akan menjadi negara hebat.

Dari paparan di atas dan realita, untuk hal tersebut maka teknologi dan penguasaan sumber daya adalah yang utama. (DETAKKaltim.Com)

Editor  : Lukman

(Visited 42 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!