Sosial Media, Jahat?

OPINI

0 140
  • Penulis : Reza Pramasta Gegana, S.H., M. Kn.

  • Peserta Latsar CPNS Angkatan XXIX Puslatbang KDOD

DEWASA ini penggunaan media sosial di kalangan masyarakat Indonesia sangatlah berkembang dengan pesat. Tidak hanya kaum anak muda saja yang lihai dalam bermain sosial media. Generasi tuapun kini gemar bermain sosial media. Seakan-akan pada zaman ini mata kita seolah-olah tidak bisa lepas dari sosial media.

Sosial media lebih sering di chek, dari pada kesehatan kita. Hal itu terjadi sosial media tidak hanya untuk bersosial saja tetapi bisa jadi wadah dalam membaca berita terkini, forum jual beli dan banyak hal lainnya yang bisa dimanfaatkan dari sosial media. Sosial media membawa banyak dampak positif bagi kehidupan masa kini, tetapi tidak terhindarkan ketika sosial media bisa membawa dampak buruk dalam kehidupan kita.

Baca Juga :

Pisau bermata dua, itu salah satu ungkapan yang cukup pas untuk disematkan pada sosial media. Menjadi wadah untuk berekspresi, memuji suatu konten, mengkritik suatu konten atau bahkan hanya untuk bertukar pikiran terhadap suatu konten yang disajikan, bisa dilakukan di sosial media. Bahkan tidak jarang komentar buruk atau banyak orang bilang hate speech juga berkeliaran di sosial media.

“Hukuman netizen” kini bukan merupakan suatu hal yang asing di pendengaran kita. Komentar sakit yang hanya ditujukan kepada seseorang, atau sebuah akun kini sangat dilazimkan. Adanya istilah hukuman netizen ini seolah-olah kemarahan netizen akan suatu hal yang dirasa salah.

Tak jarang komentar para warganet ini menuai salah sasaran. Dari hal ini kita bisa tahu bahwa yang salah sasaran tidak hanya peluru, tetapi bisa juga berupa komentar. Hukuman netizen yang dilakukan terkadang banyak yang justru mengarah pada hate speech. Ujaran kebencian di sosial media ini, terkadang juga bisa terjadi pada hal yang sebenarnya tidak berdasar.

Sebutan keyboard warrior pun tak jarang disematkan pada warganet, yang terkesan hanya berani di sosial media. Tentu tidak salah ketika kita sebagai masyarakat umum berkomentar di sosial media, namun kesannya semakin ke sini tingkat kesopanan atau adab bersosial media kita cenderung berjalan ke aarah negatif.

Belum lama ini, di beberapa media Indonesia dengan membanggakan berada di peringkat terbawah dalam tingkat kesopanan di sosial media. Hal ini tentu sangat memalukan bagi kita warga Indonesia yang terkenal dengan keramahannya di dunia nyata, tetapi berbanding terbalik dengan di dunia maya.

Mengingat dalam Sila Ke-2 Panca Sila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, nampaknya beradab yang dimaksud Sila Ke-2 tersebut belum diaplikasikan secara naluriah ke dalam kehidupan bersosial media masyarakat kita.

Budaya ramah tamah kita terhadap sesama ini, harus sedari dini kita tanamkan dalam kehidupan bersosial media. Agar kembali melekat bahwa kita negara yang terkenal dengan ramah tamah, tidak hanya menjadi sekedar cerita belaka. (DETAKKaltim.Com)

Editor  : Lukman

(Visited 23 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!