SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 64

BELANDA kalang kabut dengan perang tiba-tiba itu. Peluru-peluru meriam yang ditembakkan dari laut menghantam rumah-rumah, gedung dan menggetarkan dinding-dinding benteng. Masih dengan keyakinan bahwa La Maddukkelleng hanyalah kelompok bajak laut, maka Gubernur Belanda di Makassar, Johan Santijn memerintahkan komando pasukan khusus Belanda yang dibantu orang-orang lokal untuk menyerang langsung ke Pulau Lae Lae.

Pasukan khusus itu juga dibantu marinir elit dari Riau yakni Kapitan Ancak Baeda. Kapitan ini selain terkenal berpengalaman juga dikabarkan memiliki ilmu kepandaian tinggi. Misinya adalah membekuk La Maddukkelleng yang disebutnya orang-orang liar. Perahu-perahu Jung dalam ukuran kecil menyerbu Pulau Lae Lae dari berbagai arah.

Penyerangan itu berkekuatan 200 orang lebih. Dipimpin seorang Mayor Belanda yang dibantu Kapitan Ancak Baedah dan orang-orangnya yang terlatih. Melihat hal ini, La Maddukkelleng menghentikan serangan meriam. Terlalu mahal menyerang buruan yang tersebar dengan peluru meriam.

CERITA SEBELUMNYA :

Pasukan dibagi dua, sebagian tetap di kapal mempertahankan logistik dan wanita, dan sebagian besarnya turun dengan memakai puluhan perahu Bintak menunggu di daratan Pulau Lae Lae. La Maddukkelleng dan Aji Muhammad Idris ikut turun di darat, menyongsong kedatangan musuh dalam perang hidup mati.

Pasukan gabungan Belanda tiba di pesisir pulau sebelah dalam. La Maddukkelleng dan pasukannya dari sisi luar pulau. Perang berkecamuk. Makin lama jaraknya makin dekat. Suara bedil dan bau asap mesiu memenuhi udara. Orang-orang yang menyerang ini ternyata tidak menyandang nama kosong belaka. Mereka pasukan terlatih.

Pasukan La Maddukkelleng yang lebih dulu berada di daratan tengah pulau memberondong mereka dengan senapan di udara terbuka, tapi hanya satu dua orang yang tewas oleh peluru. Mereka merangsek masuk bagai kawanan musang menyerbu pulau. Tanpa kenal takut dan dengan semangat tinggi. Mereka hanya mendengar informasi bahwa yang mereka serang ini adalah bajak-bajak laut yang kasar dan terbiasa bertempur di laut.

Mereka sama sekali tidak tahu, bahwa mereka menghadapi lebih dari sekadar gerombolan, tapi adalah orang-orang terlatih oleh banyak pertempuran, dari selat Makassar, Pulau Tuah, Johor sampai Kutai dan Paser.

CERITA SEBELUMNYA :

Bahkan lebih dari itu, mereka-mereka yang kini menjadikan Pulau Lae Lae sebagai medan perang itu adalah orang-orang pilihan dari seluruh pasukan yang telah terlatih dengan sangat baik oleh pengalaman yang keras. Mereka juga ditemani langsung oleh raja segala pertarungan laut, Puengta La Maddukkelleng, majikan Pulau Tuah, Arung Peneki, Sultan Paser.

Maka betapa kaget mereka setelah perang kini semakin berada dalam jarak rapat. Bedil-bedil tak berfungsi maksimal digantikan pedang, tombak dan keris. Di front tengah, terjadi perkelahian seru antara pengawal-pengawal La Maddukkelleng dan orang-orang berseragam Belanda yang kebanyakan berkulit coklat menandakan mereka adalah orang pribumi.

La Banna ada di sana. Ia berkelebat laksana burung layang-layang besar yang menyambar-nyambar ke sana kemari. Ke mana pun ia bergerak, terdengar suara pekik kematian di sana. Ia menyerang dengan Badik Sari yang besar mirip golok. Senjata penyerangnya rata-rata tombak, pedang panjang atau keris maupun badik.

Penyerang itu banyak yang memakai pakaian perang dari besi, sulit ditembus senjata tajam. Namun La Banna dan beberapa elit pasukan juga memakai pakaian yang sama. Terjadilah perkelahian seru dan dahsyat. Para penyerang khususnya di bagian tengah pulau itu dalam waktu singkat tewas satu persatu.

Ini bisa dimaklumi karena di barisan itu terdapat Puengta La Maddukkelleng yang berilmu tinggi dan pengawal setianya Kapitan La Banna. Selama ini Puengta hanya berdiri mengawasi pertempuran. Sesekali ia dengan gerakan ringan menyampok senjata-senjata yang diarahkan kepadanya.

Akibatnya sungguh ajaib, senjata-senjata itu berbalik menyerang tuannya, menancap di leher atau bagian tubuh yang tidak terlindungi. Seorang Belanda dengan pakaian seragam lengkap tiba-tiba muncul, ia menembak dengan pistol ke arah La Maddukkelleng,

“Dooorrr, doorr…….”  (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 5 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!