DEBAT PASLON

0 281

Oleh Andi Ade Elfathir

Peneliti Icon Institute

ADAKAH pengaruh debat terhadap keterpilihan Paslon? Jawabnya ya, ada. Seberapa besar? Agak sulit diukur. Kebanyakan dari kita menjawab kecil. Kenapa? Karena perilaku memilih kita emosional, primordial dan identitalitas. Hanya sedikit rasionalitas di sana.

Sebuah debat tak cukup kuat menggeser pilihan yang telah ada. Maksimal hanya menguatkannya. Survei juga memperlihatkan angka yang sangat kecil pada perubahan pilihan pasca debat. Tak satupun pernah terjadi sebuah debat, adanya efek ekstrim terhadap peta elektoral. Pun kita ingat beberapa kepala daerah terpilih menyandang status sebagai pendebat yang payah. Bahkan tak sedikit yang buruk. Tapi mereka terpilih. Maka kita simpulkan saja: efek debat terhadap peta elektoral tidak signifikan (kecil).

Namun demikian debat tetap perlu dilakukan. Kita memiliki beberapa alasan. Pertama, debat adalah upaya melibatkan pengetahuan pemilih. Ia ajang edukasi. Meski pemilih tak terlalu peduli apa dan bagaimana cara berdebat, tapi Paslon harus berdiri di sana menyampaikan bagaimana gaya bahasa dalam membicarakan gagasan, dan mengujinya bersama pikiran Paslon lain. Jadi, debat adalah sekolah politik rakyat.

Kedua, sebuah debat bisa mencairkan tensi politik di akar rumput. Ia bisa ditonton sebagai hiburan rakyat. Bahwa sejatinya, Pilkada memiliki kemiripan dengan infotainment: di sana ada drama, talk show, komedi dan pertunjukkan citra bahasa. Semua ingin menjadi pemenang dengan cara penyampaian yang beda. Kira-kira begitu.

Ketiga, debat adalah pesan bahwa untuk menjadi pemimpin, keterampilan berbicara selalu diperlukan. Ada saat nanti seluruh omongan pemimpin adalah rujukan. Kita ingin setelah menonton debat, secara signifikan pemilih lebih ingin tahu soal isu. Mereka juga lebih terlibat dalam proses kampanye. Mereka lebih ingin berpartisipasi dalam politik praktis. Efek ini futuristik.

Jadi, meski tak pernah memberi efek dramatis terhadap pergeseran peta elektoral, debat antar Paslon tetap perlu. Bahkan kalau bisa ditradisikan sebagai bagian kampanye yang dimulai sejak awal. Tidak seperti sekarang yang dilakukan menjelang pencoblosan. Debat kandidat bupati atau wali kota misalnya, perlu dilakukan dini di tingkat sosialisasi. Baik Paslon ataupun tim sukses.

Debat adalah cara kita menerima bahwa semua orang memiliki pandangan berbeda-beda. Debat membuat kita terbiasa menguji pikiran. Debat adalah bukti bahwa kita punya argumentasi. (*)

(Visited 8 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!