177 Tewas Akibat Longsor

0 74

DETAKKaltim.Com, BANTEN : Hujan lebat telah menyebabkan dua rumah tertimbun longsor di Kampung Cikatomas II RT 002/003 Desa Cikatomas Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Provinsi Banten, Senin (5/12/2016) Pukul 15:15 WIB. Demikian disampaikan Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB melalui rilis Persnya, Selasa (6/12/2016) malam.

Longsor menyebabkan dua orang meninggal dunia yaitu H Muhtar (54) dan Rika (15). Longsor juga menyebabkan dua orang luka berat yaitu Hj Mintarsih (45) dan Ali (28).

“Kerugian material lain adalah satu rumah rata tanah, satu rumah rusak berat, 2 unit mobil dan 3 unit motor tertimbun longsor,” ungkap Sutopo.

Sutopo Purwo Nugroho
Sutopo Purwo Nugroho

Sementara itu, tim SAR gabungan telah berhasil menemukan korban ketiga yang tertimbun longsor di Dukuh Tegalsari Desa Bulurejo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar, Selasa (6/12/2016). Korban Daliyem (66) warga Desa Bulurejo ditemukan oleh tim SAR gabungan setelah bekerja mencari selama 8 hari. Longsor terjadi sebelumnya, Selasa (29/11/2016). Dengan ditemukannnya ketiga korban tertimbun longsor maka operasi SAR dihentikan.

Dijelaskan Sutopo, hingga saat ini longsor adalah bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa meninggal. Secara nasional selama tahun 2016 telah terjadi 575 kejadian longsor dan menimbulkan 177 orang tewas akibat longsor. Longsor juga menyebabkan 100 orang luka-luka, 38.506 orang menderita dan mengungsi, 1.069 rumah rusak berat, 987 rumah rusak sedang, 926 rumah rusak ringan, dan puluhan bangunan umum rusak.

“Diprediksikan kejadian longsor ini masih akan terus bertambah mengingat potensi longsor makin meningkat,” imbuhnya.

Tren bencana longsor memang meningkat. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya terjadi peningkatan. Pada tahun 2012 terdapat 291 kejadian longsor, kemudian berturut-turut tahun 2013 (296 kejadian), 2014 (600), 2015 (515), dan 2016 (576 per tanggal 6/12/2016). Namun korban jiwa tewas bervariasi tergantung dari besaran longsor yang menyebabkan korban jiwa tewas. Pada tahun 2012 longsor menyebabkan 119 jiwa tewas, kemudian tahun 2013 (190 tewas), 2014 (372 tewas, 2015 (135 tewas), dan 2016 (177 tewas).

Meningkatnya kejadian longsor di Indonesia disebabkan tingginya kerentanan longsor. Terdapat 274 kabupaten/kota di Indonesia yang rawan longsor dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah rawan longsor sedang hingga tinggi sebanyak 40,9 juta jiwa. Artinya 40,9 juta jiwa masyarakat tersebut terpapar langsung dari bahaya longsor. Mereka tinggal di lereng-lereng dan tebing pegunungan dan perbukitan yang rawan longsor. Saat ada pemicunya yaitu hujan deras maka terjadi longsor.

Ironisnya kemampuan mitigasi, baik struktural dan non struktural masyarakat tersebut masih sangat minim. Bahkan masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk memproteksi diri dan keluarganya sehingga rentan menjadi korban longsor.

Menurut Sutopo, pemerintah dan Pemda telah banyak melakukan upaya pencegahan longsor seperti penguatan tebing, pembangunan sistem peringatan dini, sosialisasi, reboisasi dan penghijauan, dan lainnya. Namun upaya pencegahan seringkali kalah cepat dengan faktor-faktor penyebab longsor sehingga longsor terus berlangsung.

Bertambahnya jumlah penduduk, maka kerentanan masyarakat dari longsor juga akan meningkat jika tidak ada perubahan yang nyata. Permukiman harus diatur sedemikian rupa agar masyarakat tidak membangun rumah pada daerah-daerah zona merah dari longsor. Zona merah hendaknya tidak dijadikan permukiman tetapi menjadi kawasan lindung atau resapan air. Penataan ruang harus benar-benar ditegakkan jika kita ingin mengurangi risiko bencana longsor.

“Ancaman bencana longsor terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. Puncak hujan diperkirakan berlangsung pada Januari 2017, sehingga bencana longsor juga diprediksi akan meningkat kejadiannya,” tandas Sutopo. (***/LVL)

 

(Visited 1 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!