Setelah JK, Syahrul Yasin Limpo?

0 160

SETELAH Pak JK (Jusuf Kalla), siapa tokoh Sulawesi Selatan (Sulsel) yang layak menjadi pemimpin nasional?

Pertanyaan ini mungkin susah dijawab, karena membutuhkan kriteria, diskusi serius dan waktu pembuktian, konsensus/kesepakatan dari para tokoh, pengamat dan warga Sulawesi Selatan terutama yang berdomisili di Jakarta, dan takdir akan menuntun jalan seseorang sebagai pengemban amanah seseorang siapa pun dia, termasuk Pak Syahrul Yasin Limpo.

Saya kaget, beberapa hari yang lalu ditelepon oleh seorang politisi cerdas asal Sulsel yang memprediksi tokoh yang layak diusung oleh warga dan tokoh Sulsel kelak setelah Pak Jusuf Kalla adalah Pak Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulawesi Selatan sekarang. Prediksi ini tentu masih bisa diperdebatkan. Karena itu, saya mengutip alasan-alasan politisi asal Sulsel tersebut, berikut ini.

Alasan kenapa Pak Syahrul Yasin Limpo (SYL) memenuhi syarat sebagai tokoh nasional pengganti Pak JK: Pertama, Pak SYL adalah tokoh yang meniti karier dari bawah, mantan lurah, camat, bupati dua periode dan kini menjabat Gubernur Sulsel dua periode juga. Dari segi pengalaman birokrasi sudah dinilai sangat memahami cara pelayanan masyarakat, profesional, dan usia yang sudah tergolong matang atau master job, sudah mumpuni di bidang kepemimpinan.

Kedua, Pak SYL adalah calon ketua umum Partai Golongan Karya. Partai besar yang telah menelurkan sederetan tokoh nasional termasuk Pak JK. Jika Pak SYL terpilih Ketua Umum atau salah satu  wakil ketua umum pengurus Golkar periode mendatang, hasil Munas Luar Biasa yang direncanakan di bulan Mei. Prediksi perjalanan karier politik Pak SYL bakal mengikuti jejak Pak JK.

Ketiga, Pak SYL lahir tanggal 16 Maret 1955, sudah 61 tahun. Umur kematangan (master) yang menuntun seseorang menjadi lebih arif dan bijaksana sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang mumpuni dan bijak tertuntun kepada pengabdian untuk melayani mereka yang dipimpin. Sudah jauh dari gaya hidup materialis, pola hidup hedonistik, mengejar materi, dan berbagai bentuk niat dan perilaku berkuasa untuk korupsi dan menyikut lawan-lawan politik yang tidak sepaham dengan kelompoknya.

Keempat, jejak masa lalu adalah pengalaman yang tidak terulang. Ketika pemimpin sudah matang dan profesional, yang terpikirkan adalah keinginan pengabdian penuh. Kecenderungan melawan hukum sudah jauh dan tidak tergoda lagi. Apalagi sekarang peran dan kontrol media, lembaga-lembaga anti sogok seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah terang-terangan diberi tugas dan hak untuk menyadap dan mengawasi setiap pejabat Negara. Mereka yang masih berani dan tertangkap akan dihukum berat dan dimiskinkan. Sudah banyak tokoh dan pejabat negara yang kini menghuni penjara KPK. Pak Syahrul sudah paham resiko hukum jika masih tergoda untuk melanggar hukum ketika dipercaya menjadi pemimpin nasional. Pengalaman dan kesalahan masa lalu Pak SYL tidak akan terulang, saya jadi teringat slogannya don’t look back (janganlah menengok masa lalu). Masa lalunya Pak Syahrul akan menuntunnya melihat ke depan menjadi pemimpin visioner.

Apakah kriteria-kriteria di atas memenuhi syarat untuk mengusung dan menawarkan sosok Pak Syahrul Yasin Limpo kepada publik sebagai calon pemimpin nasional setelah 2019, pengganti Pak JK sebagai representasi orang Sulawesi Selatan di pusat kekuasaan nasional? Akan terjawab oleh ikhtiar kerja keras tim cerdas Pak Syahrul sebagai sosok yang mumpuni, dan ketentuan atau takdir Allah lah yang menuntun dan menentukan karier politik Pak Syahrul setelah habis masa pengabdiannya sebagai Gubernur Sulsel di tahun 2018. ([email protected].)

 

(Visited 7 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!