SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

MARI kita tanyai tawanan itu, bawa mereka kemari!” La Maddukkelleng memerintahkan anak buahnya untuk membawa tiga bajak yang terikat itu.

Beberapa saat, tiga orang itu sudah diseret kehadapan La Maddukkelleng. Muka mereka hitam khas bajak laut dan dua di antaranya bercambang lebat. Tangan mereka sengaja diikat dengan posisi ditelikung ke belakang. Kedua kaki juga terikat kuat. Saat dipaksa mendongak, mata mereka mendelik.

“Kalian kelompok bajak laut dari mana?” La Maddukkelleng bertanya. Tapi mereka makin melotot tak bersuara. Cambang Balolo yang pemarah itu tiba-tiba mengirim sodokan keras ke arah lambung salah satu dari mereka.

“Segera bantu yang lain. Biar monyet besar ini jadi bagian saya. Jangan bunuh semua, sisakan dua orang hidup-hidup.” Berkata begitu La Banna langsung mengirim serangan ke arah perompak yang sepertinya adalah pemimpin penyerbuan itu.

Serangan ini dilakukan dengan pengerahan tenaga penuh di lengan kiri yang diawali dengan sampokan tangan kanan. Ini adalah serangan awal salah satu jurus ampuh dari Tunreng Talaga. La Maddukkelleng yang juga pernah belajar beberapa waktu di Hutan Labuaja tahu bahwa perkembangan jurus itu dahsyat.

Betul saja, setelah pembukaan serangan itu berhasil dielakkan oleh perompak itu dengan hantaman golok ke kedua lengan, La Banna membiarkan golok mengenai lengan kanannya yang berlapiskan pelindung dari baja, pada detik berikutnya, dengan meminjam kekuatan pantulan golok ia memutar tubuh lalu dengan keras mengarahkan pukulan tangan kiri miring ke arah leher dan tangan kanan mendorong laju golok dengan pengerahan tenaga lemmung ke arah penyerangnya sendiri.

Serangan ini sungguh luar biasa efeknya. Si perompak berteriak keras dan membuang diri ke belakang. Terjengkang ke dekat tangga tapi nyawanya selamat.  Lengan kirinya tergores pedang sendiri yang kini tergeletak dekat kaki La Banna.

Sadar bahwa dia berhadapan dengan musuh yang berkepandaian tinggi membuat matanya melotot. Sebagai bajak laut dia telah terbiasa dengan perkelahian hidup mati. Dia lalu mengeluarkan senjatanya yang lain. Sepasang sangkur berkilauan saking tajamnya. Dia selama ini ditakuti lawan-lawan maupun sesama bajak laut karena sepasang sangkur Jepangnya itu. Dengan pekikan nyaring ia kembali menyerang La Banna.

Terjadi perkelahian seru. Bajak brewok itu mengeluarkan seluruh kepandaian dengan nekat. Beberapa kali ia telah terluka, baik pukulan maupun senjata sendiri. Ia agak kebingungan dengan jurus-jurus musuhnya ini yang kadang membuat serangannya berbalik. Pada bentrok berikutnya, nekat ini menerjang dengan dua sangkurnya yang dilakukan secara menggunting dari kiri kanan.

La Banna meladeni dengan jurus tak kalah dahsyat. Kedua lengannya yang memakai gelang pelindung baja berbunyi nyaring saat menangkis kedua sangkur yang datang bagai serangan badai. Detik berikutnya, dengan kuda-kuda merendah ia mendorong dengan dua tangan terbuka ke dada penyerangnya.

La Maddukkelleng masih memperhatikan seksama jalannya perkelahian. Itu adalah pengerahan Lemmung Jiwa khas Tunreng Talaga. Tingkat La Banna sudah tinggi. Ia adalah salah satu murid utama di Ale’ Labuaja.

Maka bisa ditebak akibat dari serangan lemmung yang secara telak mengenai dada penjahat laut itu. Terdengar suara berdebug keras dibarengi terjengkangnya tubuh raksasa sang perompak. Ia muntah darah namun masih sempat berdiri sempoyongan berbalik dan berniat melarikan diri ke arah geladak.

CERITA SEBELUMNYA :

La Banna tak memberi waktu. Laksana kilat cepatnya, ia menyambitkan pisau yang tiba-tiba sudah di tangannya. Pisau kecil melesat seperti panah dan… ccroat! Pisau kecil itu menancap di belakang leher bajak laut tembus ke depan. Perompak tinggi besar itu terjerembab dengan mata mendelik.

“Manusia sampah sepertimu hanya akan mengotori dunia jika dibiarkan hidup.” La Banna menghampiri mayat itu, membalikkannya dan mencabut kembali pisau terbangnya.

La Maddukkelleng yang melihat semua itu semakin yakin dengan kemampuan pengawal utamanya ini. Ia lalu melihat ke arah pertempuran lain. Penyerang itu ada kurang lebih 15 orang. Rata-rata berkepandaian tinggi. Beberapa anak buahnya telah menjadi korban. Tapi satu dua perompak juga tergeletak.

Cambang Balolo masih mengamuk dan mengejar sisa-sisa perompak yang lari ke arah geladak. Laut kini semakin tenang dan cahaya pagi semakin terang. Di atas geladak telah terjadi pertempuran seru Ambo Pabbola dengan kawanan bajak.

Namun perlawanan bajak laut yang tak mengira sama sekali kalau kapal yang mereka naiki dihuni orang-orang berkepandaian semakin mengendor. Apa lagi kini mereka telah kehilangan pemimpin yang tewas di tangan La Banna Balanipa. (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 15 times, 1 visits today)
#La MaddukkellengBajak LautSang PembebasTunreng Talaga
Comments (0)
Add Comment