SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

KEPANDAIAN La Passarai meningkat pesat. Selain ilmu mencaknya yang makin ampuh, ia juga memiliki tenaga batin yang mengeluarkan kekuatan hitam. Dengan kekuatan batinnya, ia mampu membuat musuh yang kurang kuat menjadi lumpuh hanya dengan membentaknya.

Ia mendengar kabar bahwa La Maddukkelleng menuju ke Johor. Ia bersama dua puluh anak buahnya menuju ke sana. Sepanjang petualangannya, ia mengukir nama sebagai pemuda sakti dari Bone. Prestasi dan nama besarnya membuat ia mampu diterima dengan sangat baik oleh Daeng Parani, orang tertua dari Opu Lima Bersaudara di Johor. Ia bergabung dengan skuad Opu Lima Bersaudara yang kesohor sebagai lima bersaudara yang malang melintang di Malaka dan Riau. Mereka menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Sultan Sulaiman dari Johor.

Setelah wafatnya, Baginda La Patau digantikan oleh We Batari Toja Daeng Talaga, puterinya dari perkawinan dengan We Ummung Datu Larompong. We Batari Toja menggantikan kekuasaan Ayahnya dan meneruskan kebijakan politiknya. Menjadikan Belanda sebagai back up kekuasaan sambil terus memainkan hegemoni politik kawasan.

Seluruh suksesi kekuasaan di Gowa, Soppeng, Wajo, Sidenreng dan lainnya berada dalam pengaruh Bone. Ia memberi restu pada pengangkatan raja atau ratu yang kooperatif dengan kebijakannya. Sementara bagi daerah atau kerajaan yang memperlihatkan bibit pembangkangan, tak sungkan ia mengangkat raja dari trah lain yang tertib dalam kerja sama.

Melalui jalur darat, pengaruh Bone membentang dari Sinjai, Tanete Bulukumpa, Bantaeng sampai Gowa Tallo. Dari Sidenreng, Bone juga membangun pengaruh sampai Luwu melalui negeri Wajo yang telah takluk bersamaan dengan Gowa. Salah satu pusat kendali kekuasaan, selain Watampone sebagai ibukota, adalah Cenrana Bone dengan muara Lapallime sebagai gerbang besar menuju teluk.

Sekutu terdekat Bone adalah Luwu dan Soppeng, We Batari Toja memiliki trah Luwu dari Ibunya sementara Arung Palakka, kakeknya, memiliki darah Soppeng yang kental. Dengan suprastruktur kekuasaan demikian, Bone menjadi pusat kerajaan Bugis saat itu. Saat bersamaan pula Bone tetap menjadi dominator Persekutuan Tellumpoccoe Bone, Soppeng dan Wajo. Sehingga bisa disebut, saat itu tak satu pun kekuatan yang bisa menyamai Bone. Solid secara domestik dan kuat secara bilateral. Ia menjadikan Belanda sebagai penyokong kekuasaan dari sisi hubungan politik internasional.

BERITA TERKAIT :

We Batari Toja tercatat sebagai seorang ratu yang kuat. Ia memerintah Bone dan wilayah taklukannya dengan efektif. Kebijakan-kebijakannya mampu meneruskan seluruh visi politik ayahandanya mendiang La Patau Matanna Tikka. Ia melakukan konsolidasi kekuasaan dengan tetap menjadikan Belanda VOC sebagai penyokong eksternal, baik logistik maupun nilai tawar kawasan.

Sementara secara internal ia terus membangun “koalisi sedarah” Luwu – Bone dan beberapa daerah lain yang mempunyai ikatan sedarah. Seperti diketahui, We Batari Toja lahir dari perkawinan La Patau Matanna Tikka dengan We Ummung Datu Larompong puteri PajungE Luwu. Makassar pun demikian, ia bersaudara dengan puteri ayahandanya dari perkawinannya dengan We Mariama Karaeng Pattukangang binti I Mappadulung Daeng Mattimung KaraengE ri Gowa, cucu I Mallombassi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin.

Demikian pula secara sangat efektif ia menguatkan kekuasaan politiknya dengan menjalin hubungan kuat dengan saudara-saudara seayahnya yang lain. Saudaranya dari Baringeng anak dari We Rakiyah, Bantaeng, Marusu’, dan seluruhnya. Pendekatan-pendekatan yang dipakai oleh We Batari Toja menjadikan pemerintahannya kokoh dan langgeng. Selama sepuluh tahun awal kekuasaannya bisa disebut kekuasaan Bone atas Sulawesi Selatan berjalan kokoh dan stabil tanpa masalah yang berarti.

We Batari Toja Daeng Talaga yang bergelar Sultanah Zaenab Zakiyuddin memiliki karakter kuat sebagai ratu besar. Ia mewarisi kekuasaan yang luas. Beberapa kali perkawinannya gagal sebagai akibat dari sosoknya yang teguh dan tak mudah ditaklukkan meski pun itu adalah suaminya sendiri. Perkawinan pertamanya dengan Mas Madinah Sultan Sumbawa sebagai pesan dari kakeknya, La Tenri Tatta Arung Palakka, tidak berlangsung lama.

Setahun berselang mereka bercerai. Ia lalu menikah dengan sepupu tiga kalinya yang bernama La Oki, namun tak lama ia tiba-tiba membatalkan perkawinan itu karena adanya isu La Oki juga menikah dengan anak bangsawan lain. Pun perkawinan ketiganya dengan Daeng Mamutu Arung Kaju. Itu juga tidak langgeng. Arung Kaju yang ambisius itu diceraikannya dan diusir dari Bone. Ini semua menggambarkan betapa Ratu Batari Toja ini bertangan besi dan tidak main-main dalam menegakkan wibawanya sebagai Arumpone.

Selain soal perkawinannya yang penuh gejolak, laku politik pemerintahan yang dilakoninya juga penuh gelora. Kedekatan dan keakrabannya dengan Belanda membuat banyak negara-negara tetangga maupun bawahan Bone yang kurang senang padanya. Maka ia lebih banyak mengendalikan kekuasaannya dari Makassar, tempat sama ketika La Tenri Tatta Arung Palakka sebagai Datu Tungke’na Tana Ugi mengendalikan Bone dan seluruh wilayah bawahannya yang luas, Sulawesi Selatan dan sekitarnya.

Tak bisa dibantah bahwa Batari Toja Daeng Talaga adalah seorang raja perempuan yang kuat dan mampu mengendalikan Bone sebagai negeri hegemonik di jaman itu. (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 8 times, 1 visits today)
#La MaddukkellengArung PalakkaSang Pembebas
Comments (0)
Add Comment