SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

SELAIN ilmu-ilmunya yang banyak, I Banranga memang dikenal memiliki kemampuan bergulat yang hebat. Ia mengangkat tubuh La Maddukkelleng bermaksud membantingnya ke tanah. Tak ayal La Maddukkelleng kaget bukan kepalang.

Ia tak membayangkan pertarungan dalam adu banting seperti ini. Tiba-tiba ia teringat unru terakhir yang belum juga mampu disempurnakannya pada tingkat Sulapa Seppulo Dua, tingkat tertinggi dari kesempurnaan Sulapa di bawah Sulapa Tello milik Karame’e.

Ia menggetarkan tubuh dengan pengerahan penuh Lemmung Manurung, lalu ia menghentak tanah seraya membuka kedua lengan dengan posisi pembukaan bunga Sendeng Baruga milik ayahandanya. Detik berikutnya, pada saat pegangan tangan I Banranga ia rasakan melonggar, ia melompat tinggi dengan tubuh berputaran.

Dari atas, didahului pekikan nyaring ia menukik dan menyerang ubun-ubun kepala I Banranga. Semua berlangsung cepat bukan main. I Banranga sadar datangnya serangan berbahaya, ia menghadapi keras lawan keras. Kedua lengannya menahan serangan dengan dorongan penuh.

“Duessshhhh…. Brrukk..”  Luar biasa akibat dari pertemuan lemmung penuh ini. Kaki I Banranga amblas ke tanah hampir selutut, sementara La Maddukkelleng tertahan di udara, namun segera melompat menjauh karena pada saat bersamaan I Banranga mencabut sebilah keris dari pinggangnya.

CERITA SEBELUMNYA :

La Maddukkelleng mencabut badik Gecong Pangkajenne-nya, siap melanjutkan serangan maut berikutnya. Serangan tadi baru pembukaan dari Sulapa Seppulo Dua yang meski belum sempurna betul, namun sudah membuat I Banranga kalang kabut.

Dengan badik panjang warisan dari gurunya, Bissu Tungke’, ia memainkan penuh silat pamungkasnya. Tubuhnya lenyap bagai bayang setan yang menyerang I Banranga dari dua belas penjuru. Tenaga mistis dari Gecong Pangkajenne menambah kedahsyatan unru (jurus) ini.

I Banranga sedikit demi sedikit terdesak. Hanya karena menang kematangan lemmung membuatnya masih mampu bertahan. Pada serangan ke sekian kalinya, keris ampuh I Banranga beradu dengan badik panjang La Maddukkelleng.

Dua senjata saling menempel sejenak. La Maddukkelleng tiba-tiba mengubah serangan, membetot badik untuk melepaskan dari tempelan keris lalu dengan menjatuhkan diri ia menyerang secara kilat ke arah kaki.

I Banranga bermaksud mendahului dengan sebuah tusukan ke arah dada, namun mengenai tempat kosong. Saat bersamaan Gecong Pangkajenne berhasil melukai betisnya. Tenaga Lemmungnya tak mampu melindungi kaki. Ia hanya bisa membuat kebal perut ke atas. Darah hitam menetes-netes.

CERITA SEBELUMNYA :

Gecong Pangkajenne milik La Maddukkelleng terkenal penuh moso (bisa, beracun), pun I Banranga menyadari hal itu, wajahnya memucat, tapi segera ia mengambil semacam minyak dari balik ikat pinggangnya.

Ditumpahnya di atas luka itu disertai semburan ludah dari tenggorokannya. La Maddukkelleng bermaksud menyudahi pertarungan dengan menghabisi tokoh dari Bawakaraeng yang membantu Belanda ini. Ia memutar badik panjang itu dalam sebuat gerakan silat sendeng, namun saat bersamaan terdengar hiruk pikuk dari arah depan.

Suara letusan senapan dan juga meriam terdengar berdentum berkali-kali. Pasukannya mundur dan terdesak dari arah Rotterdam. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh I Banranga dengan melompat ke rombongan penyerang dan bergabung dengan pasukannya.

La Maddukkelleng tak melihatnya dalam gelap. Aji Muhammad Idris yang terluka kini memapah berdiri La Banna yang terluka lebih parah. Ambo Pabbola datang menyampaikan kabar kalau jumlah pasukan musuh makin bertambah dari arah Maros. (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com) 

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 7 times, 1 visits today)
#La MaddukkellengSang PembebasSultan Muhammad Idris
Comments (0)
Add Comment