SANG PEMBEBAS

Roman Sejarah dan Kiprah Petualangan Kesatria Tana Ugi, La Maddukkelleng

0 109

BERITA pengepungan berhari-hari Peneki dan Tosora oleh aliansi Bone-Belanda dan sekutu-sekutunya menyebar sampai di Gowa. Mendengar itu, Karaeng Bonto Langkasa To Mabbicara Butta Gowa dan Arung Kaju bergerak bersama pasukan melalui Maros memotong pengunungan Camba menuju Wajo bermaksud memberikan bantuan.

Namun hadangan pasukan Belanda yang berkuasa penuh atas Maros menjadi rintangan berat yang harus mereka lalui secara tempur. Faktanya, pasukan Gowa tak mampu menembus blokade Belanda. Mereka terlalu kuat dalam pagar betis moncong meriam dan serdadu-serdadu disiplin.

Andai pun mereka bisa berubah menjadi binatang kecil yang merayap, sepertinya tetap sulit melewati barisan memanjang perajurit Belanda dan sekutu-sekutu lokalnya yang berjubel kuat  sepanjang garis perbatasan dengan Makassar. Dalam sehari pertempuran sengit, pasukan Gowa terpukul mundur dan kocar kacir kembali ke Somba Opu.

Setelah pengepungan lima hari penuh teror, perang pun menyalak. Belanda memulai bombardir dengan meriam-meriam besar. Arah serangan sekaligus dua, Peneki dan Tosora. Pasukan Wajo membalas gencar tak kalah dahsyat. Perang dimulai dengan meriam lawan meriam. Merasa menang persenjataan dan logistik perang, pengepung merangsek maju.

CERITA SEBELUMNYA :

Perang besar meletus dalam hingar bingar sorak sorai prajurit dua kubu dan desingan peluru melabrak apa saja yang dikenainya. Dari perang jarak jauh pakai meriam, kini berubah menjadi perang bedil dan panah. Petempur-petempur berjatuhan, pohon-pohon bertumbangan dan rumah-rumah mulai terbakar. Serangan Bone dan sekutunya terhadap Wajo adalah serangan terbesar setelah Perang Makassar yang pernah terjadi di negeri Tellumpoccoe.

Langit Peneki dan Tosora membara. Ribuan serdadu di kedua belah pihak telah tewas. Wanita dan anak-anak dimasukkan dalam bunker bawah tanah. Perang makin berjarak dekat. Kini penggunaan tombak, pedang, keris dan segala senjata tajam di mulai. Kurir Tosora telah sampai ke Peneki memberitahu keadaan sangat genting. Mendengar itu La Maddukkelleng memerintahkan membuka jalan darah untuk bergabung dengan Tosora.

La Banna To Assa, Cambang Balolo, Aji Muhammad Idris dan Ambo Pabbola berada di garda terdepan menyerang pasukan aliansi Bone Belanda. Pengalaman tempur yang sudah banyak dialami pasukan ini membuat pengepungan sementara melemah dan kendur.

Pada satu kesempatan, La Banna bertarung jarak dekat dengan pemimpin pasukan Belanda. Ia berhasil memenggal kepalanya lalu melemparkannya ke tengah-tengah pasukan pengepung. Pengepungan melemah lalu mundur ke arah selatan.

La Maddukkelleng beserta pasukannya memanfaatkan jeda dengan segera bergerak ke Tosora bergabung dengan pasukan Kerajaan Wajo. Gabungan pasukan ini berjumlah lebih dua ribu personil. Sementara cukup mampu menahan gempuran VOC dan sekutu-sekutunya.

Namun bala bantuan musuh makin membesar. Pasukan Belanda yang sukses memukul mundur pasukan Gowa di Maros pun dikabarkan telah memasuki Sungai Cenrana dengan peralatan tempur yang lengkap dimuat satu kapal.

CERITA SEBELUMNYA :

La Maddukkelleng memerintahkan pertahanan rakyat semesta. Seluruh rakyat sepanjang sungai Walennae menjadi penghalang bagi masuknya armada Belanda. Juga dikerahkan sisa pasukan dari Doping untuk menggempur dari sepanjang sungai. Strategi ini cukup efektif, bantuan itu melambat tiba. Namun karena kekuatan tempurnya demikian lengkap, maka tak urung akhirnya tiba juga di Tosora, meski dengan personil telah berkurang.

Bergabungnya pasukan baru ini makin memperbesar kekuatan musuh. Sementara gabungan pasukan La Maddukkelleng dengan pasukan kerajaan Wajo sudah kalah jumlah sejak awal. Dari Lagosi Pammana, pasukan bantuan Belanda yang baru datang itu memborbardir Tosora dengan meriam. Namun masih mampu dibalas dengan meriam-meriam baru dari pasukan La Maddukkelleng.

Berkali La Banna To Assa mencoba menggempur sisi lemah dari kepungan tapi musuh terlampau besar, korban sudah berjatuhan di dua kubu, Tosora terancam. Di beberapa tempat api telah berkobar, rumah-rumah makin banyak terbakar oleh gempuran meriam yang tak pernah berhenti menyalak, musuh makin merangsek masuk Tosora bagai kawanan belalang. sebentar lagi akan terjadi perang kota dalam jarak dekat.

Di sayap kiri pertahanan kota, musuh sudah mendekati pusat kota dalam jarak sepelemparan batu. Persenjataan dari Belanda efektif menggempur pasukan Cambang Balolo yang bertahan di parit-parit pertahanan sayap kanan. Benteng tengah kota di mana pusat kekuatan pasukan sibuk luar biasa.

Di sana berkumpul Arung Matoa dan petinggi kerajaan termasuk Arung Enneng. Sayap kiri juga darurat, Ambo Pabbola dibantu pasukan kerajaan menghadapi musuh dari depan dan belakang. Aliansi Soppeng dan Tanete yang menyerang dari arah Tampangeng menambah tekanan.  (BERSAMBUNG/DETAKKaltim.Com)

Penulis : Andi Ade Lepu

(Visited 1 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!