Pengurus PWI Pusat Pertimbangkan Adukan HCB Dkk ke Polisi dan KPK

Wina:  Unsur Dugaan Korupsinya Sudah Terpenuhi

0 304

DETAKKaltim.Com, JAKARTA: Penggagas dan perumus utama Kode Perilaku Wartawan (KPW) PWI Wina Armada Sukardi menjelaskan, KPW sudah dengan tegas menyebut, salah satu perbuatan tercela bagi Wartawan Anggota PWI adalah korupsi uang organisasi dan keuangan negara.

Sedangkan kemelut yang terjadi di PWI berawal dari dugaan korupsi keuangan organisasi dan uang negara di Pengurusan PWI yang baru seumur jagung itu. Wina Armada Sukardi mengungkapkan itu kepada Wartawan, Selasa (6/8/2024) pagi di Jakarta.

Dalam Siaran Pers yang diterima DETAKKaltim.Com, menurut Wina, dana bantuan dari Forum Humas BUMN senilai Rp6 Milyar yang masuk ke kas PWI, sudah sempat dikeluarkan sebesar Rp1,771 Milyar untuk cashback dan fee orang dalam di PWI (Hendry Bangun dkk).

Perinciannya sebagai berikut. Untuk Cashback ke BUMN sebesar Rp1,080 Milyar dan Rp691 Juta untuk ordal alias orang dalam PWI.

Cashback untuk pihak BUMN dibuat tanda terimanya tanggal 29 Desember 2023. Dalam kuitansi jelas tertera “Untuk pembayaran cashback UKW PWI – BUMN.”

Oleh sebab itu dalam pandangan hukumnya, bukti ini tidak dapat disangkal lagi, semula uang itu digelontorkan atas nama cashback, dan bukan lainnya.

“Jika belakangan diubah oleh Hendry dengan istilah lain, itu untuk menutupi penyelewengan dan semata menyamarkan bukti yang ada. Tanda terima untuk cashback itu juga dilengkapi dengan tanda tangan. Padahal pihak Forum Humas BUMN dengan tegas membantah telah mengatur keharusan adanya cashback, apalagi sampai menerima cashback,” ungkap Wina.

Audit yang dilakukan di Forum Humas BUMN memang terbukti tidak ada pengeluaran dan penerimaan cashback, sebagaimana dimaksud dalam dokumen tanda terima karangan Hendry Bangun Cs.

Wina menjelaskan, ada dua hal mendasar terhadap fakta ini. Pertama, semua uang Rp1,080 Milyar yang sudah sempat keluar dari kas PWI, perlu dipertanyakan keluar kemana. Karena Forum Humas BUMN, membantah telah menerima uang terebut.

“Dari sini saja sudah terang benderang, unsur dugaan korupsinya sudah terpenuhi,” tandas Wina.

Baca Juga:

Wina mengatakan, ia dalam kasus ini  sengaja memilih istilah  “korupsi,”  lantaran pada saat sekarang, dari praktek tata kelola keuangan negara, semua aset, kekayaan dan keuangan BUMN dimasukan sebagai keuangan negara.

“Pada bagian ini dapat diartikan, korupsi terhadap keuangan BUMN sama dengan korupsi terhadap keuangan negara,” terangnya.

Hal kedua, aliran dana yang sudah sempat keluar dari kas PWI dan ada tanda terimanya yang seakan dari Forum Humas BUMN, menimbulkan dugaaan ada pemalsuan tanda tangan pihak Forum Humas BUMN.

“Ini sudah telak menambah unsur pidana,” tegas Wina.

Di mata Wina, unsur pidana semakin jelas, setelah Dewan Kehormatan PWI dalam Keputusannya memerintahkan agar uang cashback itu dikembalikan, dan kemudian pengurus PWI mengembalikan uang tersebut, lengkap dengan bukti pengembaliannya di formulir bank.

“Ternyata pengembalian uang memang bukan dari Forum Humas BUMN, melainkan dari Pengurus PWI sendiri dalam hal ini mantan Sekjen PWI, Sayyid Iskandar. Dengan begitu sudah terang benderang, kemana aliran dana yang sempat melayang hilang,” ujarnya.

Pakar Hukum dan Etika Pers itu mengingatkan, pengembalian uang dalam kasus dugaaan korupsi tidaklah menghilangkan unsur tindak pidana korupsinya sendiri. Paling, katanya, hanya dapat dipakai untuk pertimbangan mengurangi hukuman.

Wina menampik dugaan korupsi ini hanya dilakukan satu oknum pengurus PWI saja, karena menurut Wina, dugaan korupsi ini harus dianggap dilakukan oleh Pengurus Harian PWI tertinggi, dan beberapa jajaran intinya lantaran yang bersangkutan telah menyetujui semua tindakan tersebut. Apalagi Hendry Ch Bangun selalu menyatakan dirinyalah yang bertanggung jawab.

Wina mengungkapkan, ia dan beberapa pengurus PWI sedang mempertimbangkan melaporkan mantan Ketua Umum PWI Hendri Ch Bangun (HCB) ke KPK dan Polri.

“Organisasi Wartawan yang harusnya melaksanakan kontrol, pengawasan terhadap kepentingan umum, eh kok malah terlibat dalam dugaan pusaran korupsi,” kata Wina memberi alasan mengapa dia dan beberapa pengurus lainnya mempertimbangkan bakal melaporkan Hendry CH Bangun ke KPK dan Polri.

Disinggung soal pemberhentiannya sebagai Sekretaris Dewan Penasehat oleh Hendri Ch Bangun, Wina mengaku sama sekali tidak mengubrisnya, dan pembentian itu sama sekali tidak memberikan dampak apapun.

“Bagaimana mungkin orang yang sudah dipecat dari Keanggotaan PWI, dan kartunya sudah dicabut oleh Pengurus Provinsi Jakarta, serta diduga ikut dalam persoalan korupsi uang negara, masih mau dan berani berkata menghentikan pengurus yang resmi dan sah. Tidak masuk logika!” tegas Wina menyindir. (DETAKKaltim.Com)

Sumber: Siaran Pers/***f

Editor: Lukman

(Visited 20 times, 1 visits today)
Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!