Otto Geo Diwara Purba. (foto: Exclusive/ist)
- Penulis: Otto Geo Diwara Purba
- Ketua Forum Komunikasi Pensiunan Pekerja Pertamina Bersatu
LOSSES terbesar di Pertamina khususnya di Sub Holding Pemasaran dan Niaga adalah penerapan teknologi yang masih primitif disaat fasilitas terima, timbun, salur dan angkut sudah modern/tepat technology.
Fakta Terdeteksi.
Vapor loss pada tangki penyimpanan BBM (Bahan Bakar Minyak) seperti premium atau pertalite dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
- Perubahan Suhu: Perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan tekanan uap di dalam tangki, sehingga menyebabkan vapor loss.
- Perubahan Tekanan: Perubahan tekanan di dalam tangki juga dapat menyebabkan vapor loss.
- Kualitas Tangki: Kualitas tangki penyimpanan, seperti kondisi seal dan katup, dapat mempengaruhi vapor loss
API 2516: Metode ini digunakan untuk menghitung vapor loss pada tangki penyimpanan minyak bumi.
EPA Method 25: Metode ini digunakan untuk menghitung emisi VOC (Volatile Organic Compound) dari tangki penyimpanan.
Losses pada terminal BBM dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
- Kecurangan: Kecurangan yang dilakukan oleh petugas atau pihak lain.
- Kesalahan: Kesalahan yang dilakukan oleh petugas saat melakukan pengukuran atau pengoperasian.
- Kebocoran: Kebocoran BBM yang terjadi karena kerusakan atau kesalahan operasional.
Operasional terminal BBM secara manual dapat meningkatkan risiko losses karena:
- Human error: Petugas dapat melakukan kesalahan saat melakukan pengukuran atau pengoperasian.
- Kecurangan: Petugas dapat melakukan kecurangan dengan sengaja.
Sementara itu, operasional terminal BBM belum digitalisasi dengan menggunakan Sistem Terminal Automation System (TAS) , yang mana dapat mengurangi risiko losses karena:
- Otomatisasi: Proses pengukuran dan pengoperasian dapat dilakukan secara otomatis, sehingga mengurangi risiko human error.
- Monitoring: Sistem TAS dapat memantau secara real-time kondisi terminal dan mendeteksi potensi kebocoran atau kecurangan.
- Keamanan: Sistem TAS dapat dilengkapi dengan fitur keamanan yang tinggi, sehingga mengurangi risiko kecurangan.
Dengan demikian, operasional terminal BBM secara digital dengan menggunakan sistem TAS (sudah ada tapi tidak disiplin dan banyak tidak digunakan) dapat mengurangi losses yang terjadi karena kesalahan atau kecurangan. Beberapa manfaat lain dari operasional terminal BBM secara digital adalah:
- Peningkatan efisiensi: Proses operasional dapat dilakukan lebih cepat dan efisien.
- Peningkatan akurasi: Pengukuran dapat dilakukan dengan lebih akurat.
- Peningkatan keamanan: Sistem TAS dapat meningkatkan keamanan terminal dan mengurangi risiko kecelakaan.
Dalam beberapa kasus, losses pada terminal BBM yang dioperasikan secara manual dapat mencapai 2 % dari volume BBM yang ditimbun. Sedangkan losses pada terminal BBM yang dioperasikan secara digital dengan menggunakan sistem TAS, dapat dikurangi menjadi 2 % dari volume BBM yang ada di terminal. Namun, besarnya losses dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi aktual terminal dan operasionalnya.
Misal saja Tanki fixed roof yang digunakan untuk Tanki bahan penguapan tinggi (salah penerapan teknologi )
- Kapasitas Tangki: 3000 KL (Kiloliter)
- Jenis BBM: Premium/Pertalite
- Suhu Rata-Rata: Suhu rata-rata lingkungan sekitar tangki
- Tekanan Rata-Rata: Tekanan rata-rata di dalam tangki
Dengan asumsi bahwa tangki penyimpanan memiliki kualitas yang baik dan kondisi operasional yang normal, vapor loss pada tangki penyimpanan 3000 KL premium/pertalite dapat diperkirakan sebagai berikut:
- Vapor Loss: 3-5% dari volume tangki per bulan (sumber: API 2516)
Jadi, untuk tangki penyimpanan 3000 KL, vapor loss dapat diperkirakan sebagai berikut:
Vapor Loss Tanki: 2- 5% KL per hari (2-5 %dari 3000 KL) – rata rata seperti itu.
Bila 1 hari truput 500.000 BBL sampai dengan 700.000 BBL (dari tanki timbun ) maka losses : 3% x 650.000 BBL. (Ambil rata rata) Dengan harga rata-rata basis keekonomian Rp11.000,-. 3%xRp11.000 /literx 159 x 650.000 BBL = Rp34,2 Milyar x 30 = Rp1,033 Trilyun.
Losses masih menggunakan manual/belum automation/digitalisasi Terminal BBM (sudah ada tapi tidak dimaintance dengan baik) – losses 0,5 – 5% , bila Terminal BBM didesign totally 1 juta – 1,6 juta BBL , maka losses : ambil rata-rata : 2% x 1 juta BBL x Rp11.000 x 159 x 30 hari = Rp1,034 Trilyun.
Losses angkutan laut 1,5 % dan untuk darat 2 % sampai ke end user SPBU (karena sampai ke titik serah losses) estimasi sampai dengan Rp1 Trilyun per 30 hari.
Estimasi total losses dari losses terbesar +/- Rp3 Trilyun.
Ini saja bisa ditekan dengan penerapan technology yang telah (Tanki untuk penguapan tinggi disesuaikan dan terminal BBM sesuai standard modern dan peralatan proteksi losses kapal /darat di sesuaikan) – maka Pertamina bisa lebih banyak income/revenue yang didapat. (DETAKKaltim.Com)
Editor: Lukman

