Otto Geo Diwara P. (foto : Exclusive)
- Penulis: Otto Geo Diwara Purba
- Ketua Forum Komunikasi Pensiunan Pekerja Pertamina Bersatu
DARI analisa per 5 tahunan pemerintahan berganti/paling lama 10 tahun, Pertamina selayaknya punya program fantastis yakni : membangun Super Tank Terminal di kawasan Barat, Tengah, dan Timur. Dengan covered daya 60 hari dan pola beli produk (karena nett importir) goverment to gaverment – dari dulu ide itu seperti itu – bukan B to B, tapi apakah mau para pemain/broker minyak? Ini tanda tanya!
Tren harga minyak dunia dalam 5 tahun terakhir cukup fluktuatif. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi tren harga minyak dunia:
- 2020: Harga minyak dunia anjlok ke titik terendah karena pandemi COVID-19, mencapai -$40,32 per barel pada April 2020.
- 2021-2022: Harga minyak mulai pulih seiring dengan pemulihan ekonomi global dan peningkatan permintaan minyak. Harga minyak Brent mencapai $120 per barel pada tahun 2022.
- 2023-2025: Harga minyak cenderung turun karena beberapa faktor, seperti:
- Peningkatan produksi minyak oleh negara-negara OPEC+ dan non-OPEC.
- Kekhawatiran tentang resesi global dan penurunan permintaan minyak.
- Perkembangan teknologi dan transisi ke sumber energi terbarukan.
Harga minyak saat ini (Oktober 2025) berada di kisaran $57-62 per barel untuk WTI dan $61-65 per barel untuk Brent. Beberapa analis memprediksi harga minyak akan tetap fluktuatif dalam jangka pendek karena faktor-faktor geopolitik, ekonomi, dan lingkungan.
Dari trend di atas, membangun kilang bisa dipikir ulang tetapi membangun super tank terminal – coba ide itu kita tawarkan untuk menghilangkan kegelisahan Menteri Keuangan RI
Noted :
- Saat ini cerita minyak dunia akan habis itu tdk benar, dengan adanya fluktuasi harga (terpatahkan sejak tahun 2009 – dari dulu kita tidak setuju dengan omon-omon itu dan terbukti harga minyak dunia anjlok).
- Kilang Minyak Pertamina yang ada dikhususkan untuk memproduksi sebesar besarnya petrochemical – karena membangun kilang terus dievaluasi (bisa menguntungkan pihak pihak lain, karena lifting Indonesia masih revitalisasi menuju 1,6 jt bbl/Day seperti tahun 1977, karena offshore masih belum tersentuh karena investasi harus besar.
Berdasarkan informasi yang tersedia, Indonesia memiliki potensi cadangan minyak yang signifikan, tetapi realisasi penggunaannya masih relatif rendah.
Berikut beberapa contoh potensi:
- Blok Andaman: 6 triliun kaki kubik (Tcf) gas
- Natuna Sea: 46 Tcf gas
- Mahakam Block: 57 juta barel minyak dan 4,9 triliun standar kaki kubik (TSCF) gas
- Buton Offshore: 5 miliar barel minyak
- Proyek Gas Geng North: 5 Tcf gas
- Total potensi minyak: Belum ada angka pasti, tapi SKK Migas memperkirakan potensi minyak di Indonesia Timur mencapai 9,7 miliar barel.
- Realiasi produksi: Produksi minyak Indonesia pada 2017 sebesar 949 ribu barel per hari, sedangkan konsumsi mencapai 1,65 juta barel per hari.
Dengan asumsi total potensi minyak Indonesia sekitar 9,7 miliar barel (dari Indonesia Timur saja), dan produksi saat ini sekitar 949 ribu barel per hari (atau sekitar 346 juta barel per tahun), maka persentase realisasi produksi terhadap potensi yang ada masih relatif rendah.
Fakta saat ini : Seperti PT Orbit Terminal yang bermasalah – mereka bermain di penimbunan (memang Pertamina beberapa Terminal LPG masih sewa, dan juga Tanki BBM ) ini yang Pertamina harus hindari, setiap kebutuhan azad hidup orang banyak pasti penimbunan/stock (supply demand) itu sebagai solusi.
Dengan membangun Super Tank Terminal harga minyak dalam negeri (demand Stabil) bisa stabil pada rentang waktu 30-40 hari dan nilai ICP (Indonesia Crude Price) harus dimutahirkan lagi – karena terindikasi belum benar.
Dalam konteks perhitungan ICP, Alpha merujuk pada selisih antara harga minyak mentah Indonesia dan harga Dated Brent. Alpha ini dapat berupa premi atau diskon, tergantung pada kualitas minyak mentah Indonesia dibandingkan dengan Dated Brent.
- Alpha positif: Jika harga minyak mentah Indonesia lebih tinggi daripada harga Dated Brent, maka Alpha bernilai positif.
- Alpha negatif: Jika harga minyak mentah Indonesia lebih rendah daripada harga Dated Brent, maka Alpha bernilai negatif.
Alpha ini dihitung berdasarkan berbagai faktor, seperti:
- Kualitas minyak mentah Indonesia
- Kondisi pasar minyak mentah internasional
- Permintaan dan penawaran minyak mentah
- Biaya transportasi dan lain-lain
Dengan demikian, Alpha merupakan komponen penting dalam perhitungan ICP, karena dapat mempengaruhi harga jual minyak mentah Indonesia di pasar internasional.
Nilai keuntungan dari pembangunan Super Tank Terminal dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti kapasitas penyimpanan, lokasi, dan model bisnis. Namun, berikut beberapa potensi keuntungan yang dapat diperoleh:
- Penghematan Biaya: Dengan memiliki kapasitas penyimpanan yang lebih besar, perusahaan dapat membeli bahan baku dalam jumlah besar dan menghemat biaya penyimpanan. Penghematan biaya ini dapat berkisar antara 0,5-2% dari total biaya operasional, keuntungan bisa lebih besar 10-20% – fluktuasi harga minyak mentah dan produk s/d up and down 5 – 40 % faktor pengali adalah volume
- Peningkatan Pendapatan: Dengan memiliki fasilitas penyimpanan yang lebih baik, perusahaan dapat meningkatkan pendapatannya melalui peningkatan volume penjualan dan harga jual yang lebih kompetitif. Peningkatan pendapatan ini dapat berkisar antara 2- 15% dari total pendapatan.
- Peningkatan Efisiensi: Dengan menggunakan teknologi canggih dan otomatisasi, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya perawatan. Peningkatan efisiensi ini dapat berkisar antara 3 – 10 % dari total biaya operasional.
Dalam beberapa kasus, perusahaan yang membangun Super Tank Terminal dapat memperoleh keuntungan yang signifikan. Misalnya, perusahaan seperti Vopak, link, dan Kinder Morgan, yang merupakan pemain besar di industri tank terminal, dapat memperoleh keuntungan yang besar melalui peningkatan volume penjualan dan efisiensi operasional.
Namun, perlu diingat bahwa nilai keuntungan yang sebenarnya dapat bervariasi tergantung pada kondisi pasar, biaya operasional, dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan analisis biaya-manfaat yang lebih rinci untuk menentukan potensi keuntungan dari pembangunan super tank terminal. (DETAKaltim.Com)
Editor: Lukman
