Otto Geo Diwara Purba. (foto: Exclusive/ist)
- Penulis: Otto Geo Diwara Purba
- Ketua Forum Komunikasi Pensiunan Pekerja Pertamina Bersatu
UNTUK meningkatkan produksi minyak mentah Indonesia, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah :
- Meningkatkan Investasi: Menarik investor untuk masuk ke sektor migas dan memperbaiki aturan fiskal guna meningkatkan daya tarik investasi.
- Mengoptimalkan Pemanfaatan Kilang: Meningkatkan kapasitas dan fleksibilitas teknologi kilang untuk mengolah berbagai jenis minyak mentah, termasuk yang sebelumnya dianggap kurang memenuhi standar.
- Mengembangkan Lapangan Migas Baru: Mendorong kontraktor untuk merealisasikan work program & budget (WP&B) dengan melakukan akselerasi investasi dan pelaksanaan pengeboran sumur eksplorasi maupun sumur pengembangan.
- Meningkatkan Efisiensi: Mengoptimalkan produksi migas dengan menggunakan teknologi yang lebih efisien dan efektif.
- Mengembangkan Energi Terbarukan: Meningkatkan penggunaan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak mentah.
- Legalkan Sumur Minyak Rakyat: Mengatur pengelolaan sumur minyak rakyat melalui peraturan yang jelas untuk meningkatkan produksi minyak nasional dan memberikan kepastian ekonomi bagi masyarakat.
Bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang sudah ada di Badan Pengelola Perizinan dan Pengawasan Usaha Hulu Migas (BPPKA), dapat menjadi strategi yang baik untuk meningkatkan lifting minyak. Perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang industri Migas, serta telah memiliki akses ke lapangan minyak yang potensial.
Dengan bekerja sama, Pertamina dapat memanfaatkan keahlian dan sumber daya perusahaan-perusahaan tersebut untuk meningkatkan produksi minyak. Selain itu, kerja sama ini juga dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.
Namun, perlu diingat bahwa kerja sama ini harus dilakukan dengan transparan dan adil, serta harus sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku. Pertamina juga harus memastikan bahwa kerja sama ini dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, dan meningkatkan produksi minyak nasional.
Langkah-langkah tersebut, Indonesia dapat meningkatkan produksi minyak mentahnya dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah.
Selanjutnya, jika hanya memanfaatkan sumur-sumur minyak lama yang sudah ada, maka kemungkinan besar tidak akan meningkatkan lifting (produksi minyak) secara signifikan. Sumur-sumur minyak lama biasanya sudah mengalami penurunan produksi alami seiring waktu, dan tanpa adanya investasi baru atau teknologi yang lebih canggih, produksi minyak dari sumur-sumur tersebut akan terus menurun.
Untuk meningkatkan lifting, diperlukan investasi baru untuk:
- Mengeksplorasi dan mengembangkan lapangan minyak baru: Menemukan cadangan minyak baru dan mengembangkan lapangan minyak baru dapat meningkatkan produksi minyak.
- Menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR): Teknologi EOR dapat membantu meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur yang sudah ada dengan cara memasukkan bahan kimia atau gas ke dalam reservoir minyak.
- Mengoptimalkan produksi sumur-sumur yang sudah ada: Melakukan perawatan dan optimasi sumur-sumur yang sudah ada dapat membantu meningkatkan produksi minyak.
Dengan demikian, meningkatkan lifting memerlukan investasi dan teknologi yang tepat untuk meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur yang sudah ada dan menemukan cadangan minyak baru.
Selanjutnya, pengembangan teknologi pengolahan data seismik untuk eksplorasi minyak bumi kini lebih maju berkat inovasi dari Universitas Pertamina. Mereka menciptakan teknologi “Centre Radial Detection pada Proses Layer-Based Filter Data Seismik” yang dapat meningkatkan kejernihan sinyal seismik dengan memisahkan data utama dari gangguan.
Teknologi ini telah terbukti efektif dan digunakan oleh industri dalam negeri, dengan tingkat akurasi denoising mencapai 90-95%. Inovasi ini berpotensi meningkatkan produksi minyak dengan mengurangi gangguan pada data seismik, sehingga proses pencarian cadangan minyak menjadi lebih akurat dan efisien
Batch drilling bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan lifting minyak. Metode ini memungkinkan pengeboran beberapa sumur secara berkelompok dalam satu lokasi, baik di darat maupun di lepas pantai.
Keunggulan batch drilling adalah efisiensi waktu dan biaya, dengan penghematan hingga 30% dari biaya operasional dan percepatan waktu pengeboran hingga 95 hari dibandingkan metode konvensional ¹.
Batch drilling dapat diterapkan baik di lokasi existing maupun lokasi baru. Di lokasi existing, batch drilling dapat membantu mengoptimalkan produksi minyak dari sumur-sumur yang sudah ada, sementara di lokasi baru, batch drilling dapat menjadi metode pengeboran yang efektif untuk menemukan cadangan minyak baru.
Beberapa contoh keberhasilan batch drilling adalah :
- Peningkatan Produksi: Batch drilling telah membantu meningkatkan produksi minyak di Cluster Benuang, yang dikelilingi oleh lapangan-lapangan produktif seperti Limau, Gunung Kemala, dan Raja.
- Efisiensi Biaya: Dengan batch drilling, perusahaan dapat menghemat biaya operasional dan mempercepat waktu pengeboran.
- Peningkatan Produktivitas: Metode ini memungkinkan penggunaan sumber daya yang lebih optimal dan mengurangi waktu henti operasi.
Keberhasilan batch drilling juga tergantung pada faktor-faktor lain seperti geologi lokasi, teknologi yang digunakan, dan manajemen operasional yang efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis yang mendalam sebelum memutuskan untuk menerapkan batch drilling sebagai solusi peningkatan lifting.
Batch drilling menawarkan beberapa efisiensi dibandingkan dengan metode pengeboran konvensional. Berdasarkan pengalaman Pertamina EP (PEP) Adera Field, batch drilling dapat ¹ ²:
- Mengurangi Biaya Operasional: Batch drilling memungkinkan penghematan biaya operasional yang signifikan karena proses pengeboran menjadi lebih efisien.
- Meningkatkan Efisiensi Waktu: Dengan batch drilling, pengeboran beberapa sumur dapat dilakukan dari satu lokasi, sehingga menghemat waktu dan mengurangi kebutuhan untuk memindahkan rig secara berulang-ulang. Bahkan, metode ini dapat mempercepat siklus pengeboran dan menghemat biaya.
- Mengurangi Risiko HSSE: Batch drilling juga dapat meminimalkan risiko keselamatan, kesehatan, dan lingkungan (HSSE) karena operasi yang lebih terpusat dan terkendali.
- Meningkatkan Produktivitas: Dengan melakukan operasi yang sama berulang kali, kru pengeboran dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mereka.
Biaya awal untuk batch drilling lebih tinggi daripada pengeboran konvensional, karena kebutuhan akan Rig yang lebih besar dan lebih canggih. Namun, efisiensi dan penghematan biaya yang diperoleh dalam jangka panjang dapat menutupi biaya awal tersebut
Untuk melakukan batch drilling dengan efektif, perlu ada kepastian yang tinggi tentang keakuratan geologi dan data seismik. Probabilitas keberhasilan pengeboran batch drilling sangat bergantung pada kualitas data geologi dan seismic, yang digunakan untuk menentukan lokasi sumur.
Dalam industri Migas, probabilitas keberhasilan pengeboran biasanya diukur dengan menggunakan parameter seperti:
- Prospective Resource: Jumlah minyak atau gas yang diperkirakan ada di dalam struktur geologi yang belum terbukti.
- Probability of Success (POS): Probabilitas bahwa sumur yang dibor akan menemukan minyak atau gas dalam jumlah yang ekonomis.
Untuk batch drilling, biasanya diperlukan POS yang relatif tinggi, minimal 50-70%, untuk memastikan bahwa investasi yang dilakukan akan menguntungkan. Namun, nilai POS yang ideal dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti geologi lokasi, teknologi yang digunakan, dan strategi pengeboran.
Dalam beberapa kasus, perusahaan Migas mungkin menggunakan analisis probabilitas yang lebih rinci, seperti:
- P10: Probabilitas 10% bahwa jumlah minyak atau gas yang ditemukan akan melebihi jumlah yang diperkirakan.
- P50: Probabilitas 50% bahwa jumlah minyak atau gas yang ditemukan akan melebihi jumlah yang diperkirakan.
- P90: Probabilitas 90% bahwa jumlah minyak atau gas yang ditemukan akan melebihi jumlah yang diperkirakan.
Dengan menggunakan analisis probabilitas yang lebih rinci, perusahaan Migas dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang apakah akan melakukan batch drilling atau tidak, dan bagaimana mengoptimalkan strategi pengeboran mereka.
Utk pilihan pengaturan pembagian antara pemerintah dan badan usaha yakni :
Gross split dan atau cost recovery digunakan sebagai alat untuk mengatur pembagian hasil produksi minyak dan gas bumi, antara pemerintah dan kontraktor dalam sebuah kontrak kerja sama.
- Gross Split digunakan sebagai alat untuk:
- Menentukan pembagian hasil produksi: Gross split menentukan proporsi hasil produksi yang akan diterima oleh pemerintah dan kontraktor.
- Menghitung pendapatan pemerintah: Gross split digunakan untuk menghitung pendapatan pemerintah dari hasil produksi minyak dan gas bumi.
- Cost Recovery digunakan sebagai alat untuk:
- Menghitung biaya yang dapat diganti: Cost recovery digunakan untuk menghitung biaya operasional yang dapat diganti oleh kontraktor dalam proses produksi minyak dan gas bumi.
- Menentukan pendapatan kontraktor: Cost recovery digunakan untuk menentukan pendapatan kontraktor setelah dikurangi biaya operasional yang dapat diganti.
Dalam kontrak kerja sama, gross split dan cost recovery digunakan bersama-sama untuk mengatur pembagian hasil produksi dan biaya operasional antara pemerintah dan kontraktor.
Pemilihan antara Gross Split dan Cost Recovery sebagai skema kontrak untuk peningkatan lifting minyak dan gas bumi (Migas) di Indonesia, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang dapat membantu dalam memilih skema kontrak, yang lebih tepat:
- Gross Split:
- Kelebihan: Gross Split dapat memberikan insentif bagi kontraktor untuk meningkatkan produksi dan efisiensi biaya, karena kontraktor dapat menikmati seluruh pendapatan setelah dikurangi dengan bagian pemerintah.
- Kekurangan: Gross Split dapat meningkatkan risiko bagi kontraktor jika biaya operasional tinggi, karena kontraktor tidak dapat memperoleh penggantian biaya yang telah dikeluarkan.
- Cost Recovery:
- Kelebihan: Cost Recovery dapat memberikan kepastian bagi kontraktor bahwa biaya operasional yang dikeluarkan dapat diganti, sehingga kontraktor dapat lebih fokus pada peningkatan produksi.
- Kekurangan: Cost Recovery dapat mengurangi insentif bagi kontraktor untuk meningkatkan efisiensi biaya, karena kontraktor dapat memperoleh penggantian biaya yang telah dikeluarkan tanpa harus memikirkan efisiensi.
Dalam konteks peningkatan lifting migas, Gross Split dapat menjadi pilihan yang lebih baik jika:
- Kontraktor memiliki kemampuan teknis dan manajerial yang baik, untuk meningkatkan produksi dan efisiensi biaya.
- Biaya operasional relatif rendah, sehingga kontraktor dapat menikmati keuntungan yang lebih besar.
Namun, jika kontraktor memiliki risiko yang tinggi atau biaya operasional yang tinggi, Cost Recovery mungkin menjadi pilihan yang lebih baik. Pada akhirnya, pemilihan skema kontrak yang tepat tergantung pada analisis yang mendalam tentang kondisi lapangan, kemampuan kontraktor, dan tujuan pemerintah. (DETAKKaltim.Com)
Editor: Lukman
