
Hadi Mulyadi, calon Wakil Gubernur Kaltim. (foto: Lisa)
DETAKKaltim.Com, SAMARINDA: Hadi Mulyadi, calon Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) dari nomor urut 1, ungkap strategi dalam menjaga dan mempromosikan kebudayaan lokal, terutama di tengah perubahan besar dengan hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sebelum itu, pria kelahiran 1968 ini terlebih dahulu menyoroti prestasi Kaltim, yang terus dapat menjaga kerukunan dan stabilitas sosial.
“Kalbar pernah mengalami kerusuhan besar, begitu juga daerah lain. Tapi Kaltim dari dulu memiliki iklim yang kondusif. Kami bahkan dua kali mendapatkan Harmony Award dari Kementerian Agama atas keberhasilan menjaga kerukunan beragama,” ujar Hadi di Plenary Hall Sempaja, Samarinda, dalam Debat Pilgub besutan KPU Kaltim, Rabu (23/10/2024) malam.
Ia menambahkan, indeks pembangunan kebudayaan Kaltim mencapai 57,56 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional di angka 57,13 persen.
“Ini menunjukkan Kaltim mampu menjaga budaya dengan baik. Terima kasih untuk seluruh masyarakat Kaltim,” ungkapnya.
Baca Juga:
- Teras Samarinda Diawasi 24 Jam! Gerak Cepat Atasi Kerusakan Hingga Pencurian
- BREAKINGNEWS! Siswa SMA 8 Samarinda Terseret Ombak Pantai Manggar
- Reuni Akbar IKA SPP-SPMA, Merajut Silaturrahmi dan Perkuat Peran
Sementara itu Seno Aji, calon Wakil Gubernur nomor urut 2, memaparkan strategi mereka melalui program Jospol, yang akan meningkatkan kebudayaan lokal dengan menciptakan taman-taman budaya di berbagai kota.
Ia juga menekankan bahwa seni dan pelaku budaya akan mendapat ruang untuk berkreasi, dan menampilkan atraksi kepada masyarakat.
Seno mengatakan, keberagaman budaya, seperti budaya Kutai, Banjar, Jawa, dan Sulawesi, akan tetap terpelihara dan memberikan warna bagi kehidupan masyarakat Kaltim.
“Kami ingin budaya lokal tetap tumbuh dan terjaga melalui kolaborasi, dan saling menghargai nilai-nilai dari berbagai etnis,” tambahnya.
Hadi Mulyadi menekankan kembali bahwa selama kepemimpinan mereka, ia dan Isran Noor selalu aktif mendukung kegiatan budaya, seperti Festival Erau dan berbagai acara adat lainnya.
Pasangan ini mengakui tidak hanya mendukung budaya lokal, tetapi juga menghargai budaya dari luar. Ini terbukti dari indeks kebudayaan Kaltim yang di atas rata-rata nasional.
Ditegaskan Hadi, tidak adanya kontroversi budaya di Kaltim membuktikan bahwa semua elemen masyarakat bisa hidup berdampingan dengan harmonis.
“Kaltim adalah miniatur Indonesia, dimana semua budaya bisa saling menghargai dan mengisi.” pungkasnya. (DETAKKaltim.Com)
Penulis : Lisa
Editor : Lukman