DETAKKaltim.Com, SAMARINDA: Strategi mengatasi keterbatasan akses teknologi dan komunikasi, terutama di daerah tertinggal, menjadi pertanyaan bagi Paslon Nomor Urut 1, dalam debat publik pertama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim 2024 di Plenary Hall Sempaja, Samarinda, Rabu (23/10/2024).
Tantangan ini diakui berdampak pada literasi digital bagi Guru dan Siswa, yang sangat dibutuhkan untuk pendidikan di era modern.
Hadi Mulyadi, calon Wakil Gubernur dari Paslon nomor urut 1, menekankan bahwa isu digitalisasi pendidikan sudah mereka perhatikan sejak awal masa kepemimpinannya.
“Ketika kami menjabat, masalah digitalisasi sudah menjadi perhatian serius. Tetapi soal infrastruktur teknologi di daerah perbatasan, itu menjadi kewenangan Kementerian Kominfo,” ujar Hadi.
Ia juga menyoroti kasus korupsi besar di Kominfo, yang mempengaruhi terhambatnya pemenuhan infrastruktur digital.
“Literasi digital tetap menjadi prioritas kami, namun masalah seperti ini tidak hanya bergantung pada Pemerintah Daerah. Kami akan memperjuangkan agar infrastruktur digital dapat berjalan sesuai rencana,” jelasnya.
Baca Juga:
- Debat Pilgub Kaltim, Paslon Perdebatkan Rumah Layak Huni Perkotaan
- Debat Pilgub Kaltim, Rudy-Seno Janjikan Layanan Kesehatan Permanen Daerah Terpencil
- Debat Publik Cagub dan Cawagub Kaltim Digelar
Sementara itu, Isran Noor menambahkan dengan koreksi terkait data.
“Perlu saya luruskan, pengangguran terbuka di Kaltim sebenarnya 5,31 persen,” katanya, meski pernyataan tersebut tidak langsung terkait dengan isu digitalisasi.
Rudy Mas’ud, Calon Gubernur dari Paslon nomor urut 2, memaparkan solusi mereka dengan fokus pada digitalisasi Desa.
“Bagaimana mungkin digitalisasi berjalan baik, listrik saja byarpet. Lewat program Gratispol, kami akan menyediakan wifi gratis di setiap Desa di Kaltim. Ini akan memastikan setiap anak dan Guru bisa mengakses internet dengan mudah,” tegas Rudy.
Ia menambahkan bahwa jika masalah infrastruktur digital ada pada Kominfo, maka pemerintah Kaltim harus aktif melobi pemerintah pusat untuk memperbaikinya.
“Yang terpenting, digitalisasi Desa harus jadi prioritas agar pendidikan tidak tertinggal,” ujar Rudy dengan penuh keyakinan.
Hadi Mulyadi kemudian merespon kembali dengan menekankan, bahwa masalah infrastruktur digital bukan terkait dengan pasokan listrik di Kaltim.
“Soal listrik kita aman. Pasokan listrik terkoneksi dengan baik di seluruh Kalimantan, dari Kalteng, Kalsel, hingga Kaltim dan Kaltara. Bahkan kita punya cukup energi untuk membangun smelter di sini,” jelas Hadi.
Ia mengulangi bahwa tantangan sebenarnya, terletak pada dampak kasus korupsi di sektor telekomunikasi.
“Jadi, masalahnya bukan soal listrik, tapi soal infrastruktur digital yang terhambat karena kasus korupsi di Kominfo,” tegas Hadi.
Debat tersebut mencerminkan pandangan berbeda kedua Paslon, dalam mengatasi isu keterbatasan teknologi. Paslon 1 menekankan pentingnya sinergi dengan pusat dan transparansi, sementara Paslon 2 menawarkan solusi langsung dengan memperluas akses internet melalui Desa digital.
Maksud dari kata byarpet yang dimaksudkan Seno Aji ketika menyinggung persolan listrik adalah menyala dan padam secara berulang-ulang, berkaitan dengan lampu. (DETAKKaltim.Com)
Penulis: Lisa
Editor: Lukman