
Amar Afrizal, perwakilan CIOFF Indonesia. (foto: Lisa)
DETAKKaltim.Com, SAMARINDA: Amar Afrizal, perwakilan dari Council of Organizations of Folklore Festival and Folk Arts (CIOFF) Indonesia, mengungkapkan tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan festival folklore pertama di Kalimantan Timur (Kaltim).
Amar menjelaskan, meskipun acara ini merupakan yang pertama di Kaltim, ada beberapa isu yang perlu diatasi, terutama terkait undangan internasional.
Beberapa negara diungkapkannya, menghadapi kesulitan dalam menghadiri festival ini, sebagian besar disebabkan oleh tingginya biaya tiket penerbangan domestik di Indonesia.
“Hal ini mengakibatkan beberapa peserta membatalkan kehadiran mereka,” jelasnya, usai Welcome Dinner EBIFF, di Pendopo Odah Etam, Komplek Kantor Gubernur Kaltim, Kamis (25/7/2024) malam.
Baca Juga:
- Peluang Bisnis Baru Dalam Media, Jual Kata Terbalut Data
- KPU Samarinda Beberkan Penyebab Partisipasi Pemilih Pilkada Rendah
- Jelang Pilkada, KPU Samarinda Tanggapi Fenomena Kotak Kosong
Meskipun pemberitaan tentang Ibu Kota Negara (IKN) sangat luas, masalah logistik seperti biaya penerbangan tetap menjadi kendala utama.
Amar juga mengatakan harapannya untuk masa depan acara ini, dimana dia ingin melibatkan lebih banyak negara.
“Saat ini, kami baru bisa melibatkan beberapa negara. Kami berharap di tahun-tahun mendatang, jumlah negara yang berpartisipasi dapat meningkat hingga mencapai 15,” ujarnya.
Sebelumnya, festival ini telah dilaksanakan di Bojonegoro dari 20-24, yang melibatkan empat negara.
“Acara ini menjadi tur festival, dimana peserta mengeksplorasi berbagai lokasi di Pulau Jawa dan sekarang di Kalimantan,” tandas Amar.
Ia optimis bahwa dengan mengatasi kendala-kendala yang ada, festival ini dapat berkembang lebih besar pada masa depan dan melibatkan lebih banyak negara. (DETAKKaltim.Com)
Penulis: Lisa
Editor: Lukman